Penulis : Jimmy Carvallo | Pewarta KOMSOS Paroki Santu Mikael Kumba
PAROKIKUMBA.ORG – DPC Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Santu Mikael Kumba bekerja sama dengan Seksi Justice Peace and Integrity Creation (JPIC) atau Seksi Keadilan dan Perdamaian Paroki Santu Mikael Kumba menyelenggarakan kegiatan bertajuk Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak.
Kegiatan ini dihelat sepanjang setengah hari di Aula utama Paroki Kumba, Jumat, 25 November 2022. Tanggal 25 November sampai 10 Desember diperingati sebagai 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan Internasional.
Tiga pembicara dihadirkan dalam acara ini, yakni RD Marten Jenarut, Ketua Komisi JPIC Keuskupan Ruteng, yang mengupas tema Perlindungan Anak; RD Heribertus Ratu, Ketua Komisi KOMSOS Keuskupan Ruteng mengurai tema Cerdas Bermedia dan Suster dari Kongregasi Gembala Baik (RGS) membedah tema Persamaan Gender.
RD Marten Jenarut, S.Fils, SH,MH, saaat mempresentasikan materi Perlindungan Anak pada kegiatan Kampanye Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Aula Paroki Kumba, Jumat, 25 November 2022. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Kegiatan sosialisasi dan kampanye Anti Kererasan terhadap Perempuan dan Anak tersebut diikuti oleh para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada dalam wilayah Paroki Kumba. Hadir pula para guru pendamping dan kelompok kategorial Putra-Puteri Altar (PPA).
Ketua DPC WKRI Santu Mikael Kumba, Yustina Ice saat memberi sambutan mengatakan, melalui kegiatan Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, para peserta dari sekolah yang datang diharapkan dapat menjadi pioner dan menjadi contoh dalam mencegah dan melawan atau menghindari semua bentuk kekerasan yang terjadi di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
“Sasaran kegiatan ini adalah anak sekolah. Harapannya, mereka yang menjadi perwakilan dari setiap sekolah, setelah mengikuti kegiatan ini, minimal mereka menjadi contoh untuk tidak melakukan kekerasan terhadap teman atau di lingkungan di mana mereka berada,” kata Yustina.
Dia berharap, dari momentum kampanye ini, lebih banyak kaum remaja sekolah yang mengambil inisiatif mencegah berbagai tindakan kekerasan. “Begitu pun dengan mendalami tema Cerdas Bermedia. Kita hidup di jaman teknologi dan handphone menjadi alat komunikasi yang digandrungi kaum remaja saat ini. Mereka harus bijak dan cerdas menggunakan sosial media,” kata Yustina menambahkan.
Perlu Aksi Nyata Bersama
Br. Viktor London, CSA, guru pendamping siswa dari SMK Santu Aloysius Ruteng yang ikut hadir pada kegiatan tersebut, disela kegiatan, kepada PAROKIKUMBA.ORG mengatakan, acara ini bagus dan semua perserta mendapatkan banyak informasi yang baru dan penting, termasuk bagaimana di Kabupaten Manggarai berbagai bentuk kekerasan juga terjadi.
Br. Viktor London, CSA, guru SMK Santu Aloysius Ruteng, saat diwawancarai PAROKIKUMBA.ORG disela kegiatan Kampanye Anti Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Dengan kegiatan ini, anak-anak disadarkan bahwa disekitar mereka sedang terjadi sesuatu yang bisa merusak. Baik yang bisa dilakukan oleh orang yang terdekat dengan mereka maupun dengan orang yang mereka tidak kenal. Lebih repot, kalau hal seperti ini terjadi, dan dianggap biasa saja. Karena mereka tidak dibekali informasi yang benar tentang ini,” ucap Br. Viktor.
Melalui kegiatan ini, lanjut dia, kiranya para pelajar terbuka dan menyadari bahwa mereka harus bisa melakukan sesuatu kalau ada terjadi berbagai bentuk kekerasan di sekitar mereka.
“Saya berharap, setelah pulang dari kegiatan ini, sekolah-sekolah yang hadir pada kesempatan ini, bersama para guru dan murid membentuk kelompok peduli korban kekerasan. Saya sudah sampaikan pada anak-anak dari sekolah kami pulang ini akan ada tindak lanjut dan aksi nyata untuk melawan berbagai bentuk kekerasan,” ungkap Br. Viktor.
Kekerasan Jangan Didiamkan
Salah seorang pelajar SMA, peserta dalam kegiatan ini, Primaviani R. D R. Rodriquez, 18 tahun, anggota PPA, kepada media ini mengungkapkan dirinya senang bisa mengikuti kegiatan kampanye Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak karena mendapatkan banyak pengetahuan baru yang bermanfaat.
Primaviani R.D Rodriquez, pelajar SMA yang juga anggota komunitas PPA Paroki Kumba. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Materi Perlindungan Anak bagus sekali. Begitu juga materi Cerdas Bermedia dan Gender. Ini seperti kursus singkat tapi banyak hal-hal baru yang bermanfaat. Yang marak kadang, tanpa kita sadari belakangan ini adalah bullying. Di lingkungan sekolah, bisa saja dilakukan oleh guru atau sesama siswa. Ini perlu kita waspadai.,’ kata Sari, sapaan akrabnya.
Siswa Kelas XIIMia 3 SMAN 1 Langke Rembong ini berharap, dari perhelatan kegiatan kampanye anti kekerasan ini, kaum remaja pea dalam menanggapi berbagai kasus kekerasan yang terjadi, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. “Kita merubah mindset tentang kekerasan, bahwa itu harus dilawan, bukannya didiamkan,” pesan Sari.
Anjelina Tamara Putri Sirman, pelajar SMA Bintang Timur saat mengikuti Kampanye Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Aula Paroki Kumba. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Seorang pelajar lainnya, Anjelina Tamara Putri Sirman, Siswa Kelas IX SMA Bintang Timur dimintai kesannya setelah mengukuti kegiatan ini menuturkan, Kampanye Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak harus terus diperjuangkan agar masyarakat hidup dalam suasana damai dan jauh dari berbagai tindakan kekerasan.
“Mulai dari sekolah, terlebih kami yang mengikuti kegiatan ini, harus bisa menolong teman-teman lain yang mungkin sedang menjadi korban kekerasan. Lingkungan sekolah harus menjadi tempat yang nyaman untuk semua orang, dan kalau ada terjadi kekerasan harus kita suarakan,” kata Anjelina.
Dia berharap, para pelajar yang mengikuti kegiatan ini bisa membangun kerja sama (lintas sekolah) karena sudah sama-sama dibekali dengan banyak hal, termasuk menggunakan media sosial untuk juga mengkampanyekan ajakan supaya tidak melakukan kekerasan dengan membangun semangat perdamaian.*
Be First to Comment