Tidak terasa, penghujung lembaran hari terakhir Bulan Oktober 2022 telah tiba. Bulan Rosario, bulan penuh rahmat dan berkat. Bulan ketika, sepanjang 31 hari, semua umat Katolik sedunia secara khusus dan khusyuk melakukan devosi (penghormatan) secara istimewa kepada Bunda Maria, dengan berbagai aktivitas religius seperti berdoa Rosario bersama dari rumah ke rumah dalam KBG, ziarah ke gua-gua Maria, seminar rohani tentang Maria dan Safari Rosario.
Di Paroki Santu Mikael Kumba, selain dilakukan tradisi saling berkunjung untuk berdoa Rosario bersama diantara semua umat di masing-masing KBG, ada pula pergelaran Safari Rosario yang mengarak patung Bunda Maria menuju 25 wilayah yang ada dalam paroki.
Bermula dari Misa meriah pada Sabtu, 1 Oktober 2022 sore dipimpin Pastor Paroki Kumba, RD Antonius Latu Batara di Gereja Kumba, patung duplikat Maria dari Fatima lalu diarak sambil berjalan kaki menuju Gereja Stasi Carep, menyusuri jalan raya selama 1 jam perjalanan.
Pemandangan pelaksanaan Safari Rosario dari Wilayah Tesalonika ke Wilayah Gunung Karmel diParoki Kumba. (Foto : ist)
Dari Wilayah Pison, Mando – Carep, patung Maria dari Fatima lalu diarak ke semua wilayah dan berakhir hari ini, 31 Oktober 2022 di wilayah Bethesda. Sore ini, Perayaan Ekaristi meriah penerimaan kembali patung Bunda Maria akan digelar di Gereja Kumba, sekaligus menutup Bulan Rosario.
Sepanjang Oktober, di sejumlah titik wilayah persinggahan patung Maria, saya takjub, melihat, berbincang dan berjumpa dengan banyak sekali umat Katolik Paroki Kumba yang memiliki devosi mendalam kepada Bunda Maria.
Di semua wilayah yang disinggahi patung Maria dan selalu didampingi kelompok Putra-Putri Altar (PPA) Paroki Kumba, umat terlihat antusias. Mereka mengenakan baju berwarna putih, lambang keikhlasan dan tulusnya cinta mereka pada seorang Ibu bernama Maria yang telah merubah sejarah dunia dengan seruan Magnificatnya, ketika kepada malaikat Gabriel ia berkata,”Sesunguhnya, aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:38 ).
Tak ada senja atau malam yang dilewati begitu saja tanpa kemilau nyala lilin-lilin putih yang ada digenggaman tangan umat Katolik, tua-muda, lelaki-perempuan yang berjalan dibelakang patung Bunda Maria ketika mengunjungi wilayah mereka.
Dendang penuh gembira lagu-lagu Maria diselingi doa Rosario seakan memecah keheningan senja dan menyapa malam dengan hati yang penuh syukur, bahwa sang Ibunda yang Penuh Rahmat itu selalu dipuji dan dicintai sepanjang masa.
Pemandangan di salah satu ruas jalan yang dilewati prosesi Safari Rosario di Wilayah Gunung Sinai di Paroki Kumba. (Foto : PPA)
Hati saya dihinggapi rasa haru, ketika pada 27 Oktober, hampir seminggu lalu panitia Safari Rosario mengabarkan lewat telepon genggam, ada sekitar 100 Remaja Masjid yang juga ikut ambil bagian, ketika prosesi patung Bunda Maria tiba di Wilayah Yeriko, Cuncalawar, sehari sebelumnya.
Hari itu, saya sedang berada di Labuan Bajo. Sebagai salah seorang yang berada di seksi KomSos Paroki Kumba, naluri sebagai pewarta spontan muncul. Sayang, bila saat-saat indah dan inspiratif seperti itu kalau terlewati begitu saja.
“Ini momen yang berharga dan istimewa. Ruteng sejak dulu kala selalu menjadi miniatur indahnya toleransi dan kerja sama dalam kemajemukan,” gumam saya dalam hati kecil. Melalui sambungan telepon genggam, saya pun mengontak sejumlah orang yang bisa menjadi narsum peristiwa gembira itu.
Tak butuh waktu lama, tak hanya panitia dan pengurus Safari Rosario Wilayah Yeriko yang mau diajak bercerita, sahabat lama saya, Pak Abdullah, Kepsek MAN 2 Manggarai juga ikut berkisah.
Ketika itu, Pak Abdullah sedang menghadiri kegiatan pendidikan di Kupang. Beberapa tahun lalu, saat masih aktif bekerja di sebuah media daring, saya pernah menjumpainya untuk menulis kisah sejumlah siswa MAN 2 Manggarai yang berprestasi. Ia sosok Kepsek dan teman bercerita yang menyenangkan.
Kembali ke Safari Rosario, di semua wilayah, tempat di mana patung Bunda Maria diarak dan terima dengan ritus adat Manggarai yang agung, selalu menyimpan cerita unik dan mengesankan.
Umat Katolik begitu gembira menyambut Safari Rosario. Mereka meninggalkan berbagai kesibukan dan aktivitas, setia berjalan kaki mengikuti prosesi meski kadang diguyur rintik dan derasnya hujan. Semua tak menyurutkan semangat iman mereka.
Kegembiraan umat Katolik Paroki Santu Mikael Kumba, Keuskupan Ruteng saat mengikuti Safari Rosario yang digelar 1-31 Oktober 2022. (Foto : PPA)
Di Paroki Santu Mikael Kumba, sepanjang Bulan Oktober, Bulan Rosario yang penuh kemuliaan iman itu, saya menyaksikan sendiri betapa, Bunda Maria sangat dicintai.
Betapa, ibu Yesus Kristus itu telah menambatkan ribuan hati anak-anak kecintaannya, pada sebuah “pelabuhan Cinta” yang kokoh dan nyaman, tempat semua orang datang bersandar sambil merenungkan pahit-manisnya hidup, mencari pertolongan dari doa-doa sucinya, dalam sebuah dunia modern yang penuh tantangan dan godaan.
Dan Bunda Maria, wanita suci dari Nazaret yang rendah hati itu, telah menyentuh banyak sekali hati umat beriman sepanjang pergelaran Safari Rosario di Paroki Kumba.
Meski Bulan Rosario telah berakhir pada hari ini, Senin, 31 Oktober 2022, Doa Rosario akan terus dan selalu berkumandang dari rumah-rumah umat Katolik, di gua tempat-tempat ziarah hingga di gereja. Dari Bunda Maria, kita terus berjalan menuju Yesus, Sang Putra Allah. Per Mariam ad Jesum. (Jimmy Carvallo)
Be First to Comment