Press "Enter" to skip to content

RD Andi Latu Batara : Renungan Rabu Abu 2023

Masa Prapaskah dimulai pada hari Rabu Abu. Mengapa Rabu? Dalam kitab Didache, yaitu ajaran dua belas rasul, sudah ada kebiasaan memakai hari Rabu dan Jumat untuk berpantang dan berpuasa. Jadi, hari Rabu mempunyai arti yang penting.

Hari Rabu Abu merupakan hari puasa dan pantang. Pada hari ini diadakan ibadat penerimaan abu. Kita semua, baik anak-anak maupun orang tua, yang sudah dibaptis dan yang belum, dapat menerima abu.

Apa makna abu?

Abu adalah sisa-sisa pembakaran berwarna hitam. Orang yang diolesi abu tampak jelek. Itulah gambaran manusia yang berasal dari tanah atau abu. Menurut Kitab Suci, abu mengungkapkan: apa-apa yang tanpa harga, kemuakan (Ayub 30:19), kesengsaraan, malu, kerendahan diri di hadapan Allah (Kej 18:27), dan perasaan sedih karena berdosa.

Pastor Paroki Santu Mikael Kumba, RD Andi Latu Batara saat memberikan abu pada umat yang menghadiri Misa Hari Rabu Abu di Gereja Santu Mikael Kumba, Rabu, 22 Februari 2023. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Dengan demikian abu memberikan gambaran kelabu, suram, dan gambaran kelemahan sekaligus dosa manusia. Maka, abu dipilih untuk menandai permulaan masa Prapaskah sebagai hari-hari untuk matiraga dan bertobat.

Di Kepala atau di Dahi?
Mengapa abu dioleskan di dahi atau ditaburkan di kepala? Rupanya sudah lama menjadi kebiasaan, kepala mewakili seluruh kehendak kita untuk bertobat. Kepala adalah tempat pikiran, bagian terpenting dari badan kita.

Abu menjadi tanda pertobatan dan perkabungan. Bertobat merupakan sikap hati, maka baik kalau mendengarkan nasihat nabi Yoel ini, “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Yoel 2:13).

Pengolesan abu di dahi mempunyai alasan yang sama dengan penaburan abu di kepala. Bahkan dahi merupakan bagian yang paling tampak, orang mau tidak mau melihat bagian muka ini. Orang lain yang melihat turut menjadi saksi atas pertobatan seseorang. Kita semua pada dasarnya saling membantu dalam hal pertobatan ini.

Apa warna liturgi pada Rabu Abu? Warna liturgi pada hari Rabu Abu adalah ungu yang melambangkan tobat, keprihatinan, dan matiraga. Pertobatan merupakan langkah penting menuju pembaruan hidup rohani.

Pesan Yesus pada hari ini (bdk Mat 6:1-6.16-18).
Yesus mengajarkan 3 hal utama dalam menjalani masa tobat ini:
1. Beramal secara tersembunyi, yaitu dengan niat murni untuk menolong sesama dan memuliakan Tuhan, bukan untuk menonjolkan diri agar dipuji orang. (Program Tahun Ekonomi Berkelanjutan 2023)

Seorang biarawati ikut memberikan pelayanan pemberian abu di dahi anak-anak sekolah yang ada di wilayah Paroki Kumba. Gereja Kumba menjadwalkan 4 Misa Rabu Abu untuk semua umat dan sekolah-sekolah. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

2. Berdoa dalam sunyi
Doa berarti mengangkat hati kepada Tuhan dan masuk ke dalam hati Tuhan. Dan dalam Hati Tuhan Mahaagung, yang merangkul semesta ciptaan, kasih kitapun dimurnikan untuk menjangkau siapa saja yang membutuhkan. (Program Tahun Ekonomi Berkelanjutan 2023)
3. Berpuasa tanpa memamerkan diri. Dengan berpuasa kita membatasi kebutuhan dan kesenangan pribadi supaya kita bisa beramal kepada sesama. Puasa menguatkan solidaritas dan bela rasa bagi mereka yang menderita. (Program Tahun Ekonomi Berkelanjutan 2023)

Karena itu pada masa tobat ini, marilah kita menjalankan 3 program tobat, yakni Puasa, doa dalam sunyi serta amal kasih yang tersembunyi. Ketiga program ini, merupakan kesatuan tindakan ibadah sejati yang berkenan pada Tuhan dan menguduskan kita menjadi umatNya.*

Be First to Comment

Leave a Reply