Press "Enter" to skip to content

Utusan FGK Paroki Kumba Sambangi Pelaku UMKM dan Obyek Wisata Labuan Bajo

Penulis : Jimmy Carvallo | Pewarta KOMSOS Paroki Santu Mikael Kumba

LABUAN BAJO, PAROKIKUMBA.ORG Momen Festival Golo Koe (FGK) Maria Assumpta Nusantara di Labuan Bajo selama seminggu (10-15 Agustus 2023) juga dimanfaatkan oleh utusan (kontingen) dari Paroki Santu Mikael Kumba untuk belajar dan menambah pengetahuan tentang dinamika, tantangan dan peluang UMKM dan dunia pariwisata Labuan Bajo.

Kegiatan ini dilakukan untuk mengisi waktu luang di luar sejumlah rangkaian kegiatan/acara FGK yang telah dijadwalkan oleh Panitia FGK. Dari beberapa pelaku (jasa) pariwisata yang dikunjungi, dua di antaranya ikut berbagi cerita (sharing) pengalaman, yakni Gabriel Mahal, pemilik Café Tandjoeng Boenga dan Wati, owner atau pemilik Sentra Tenun Ikat FORLAVIVIAN di Wae Kesambi Labuan Bajo.

Peserta Festival Golo Koe (FGK) dari Paroki Kumba berfoto bersama RD Laurens Sopang, Ketua Panitia FGK Maria Assumpta Nusantara usai Misa Harian hari ke 2 di tempat ziarah Gua Maria Golo Koe, Labuan Bajo. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Kepada para utusan dari Paroki Kumba, Gabriel Mahal, yang puluhan tahun berprofesi sebagai lawyer atau konsultan hukum, tinggal di Jakarta dan menjadi rekan pemandu Karni Ilias dalam talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One, berbagi cerita dan “resep” bagaimana “menjemput bola” dengan semakin mendunianya pariwisata Labuan Bajo dengan Komodo sebagai ikon daya tarik utamanya.

Membaca Peluang, Menciptakan Nilai Ekonomis

Kita harus menghargai apa yang kita miliki, semua itu rahmat Sang Maha Pencipta, termasuk alam kita dengan semua keindahan, keunikan dan sumber daya yang dimiliki.

Pesan itu disampaikan Gabriel, saat menerima rombongan FGK dari Paroki Kumba di Café Tandjoeng Boenga, Sabtu, 12 Agustus 2023 siang. “Kita mesti memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya yang kita miliki, misalnya bila ingin mambangun kedai kopi atau rumah penginapan, kita punya banyak bambu yang bisa dimanfaatkan. Ada banyak contoh desain bangunan bambu yang dapat kita googling di internet,” ucapnya.

Kontingen Festival Golo Koe 2023 di Labuan Bajo, saat berkunjung ke salah satu pelaku UMKM pariwisata, Gabriel Mahal di Cafe G’Spot Tandjoeng Boenga di Labuan Bajo. Darinya, mereka semua belajar bagaimana bisa menjemput peluang usaha dalam dunia pariwisata di Labuan Bajo yang sudah mendunia. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Selain memanfaat semaksimal mungkin sumber daya yang kita miliki, alumnus Fakultas Hukum UGM Yogyakarta ini menuturkan, penting juga kita memiliki creating values, yakni mampu menciptakan nilai-nilai dari apa yang sudah kita miliki.

Gabriel mengisahkan, pada Bulan Juli 2022, dia mencoba merintis sebuah kedai kopi kecil. Bangunannya menggunakan batang-batang pohon Jati dari Pota. Atap dari ilalang dan dibuat se-natural mungkin.

“G’Spot Tandjoeng Boenga, sebelumnya tidak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Sepi. Apalagi jauh dari Kota Labuan Bajo. Ada nilai yang diciptakan di tempat yang sebelumnya dianggap jauh dari Labuan Bajo. Kemudian, wisatawan pun datang. Di sini, ada tempat untuk menikmati keindahan alam di Tandjoeng Boenga Labuan Bajo. Hal lanjutannya, ialah dapat menciptakan nilai ekonomis,” kisah Gabriel.

Gabriel Mahal, owner G’Spot Tandjoeng Boenga di arah utara Labuan Bajo saat tampil di acara Opening Ceremony Festival Golo Koe 2023. Ia merintis usaha jasa pariwista di sebuah area atau spot wisata yang indah, tempat melihat bentangan lautan lepas dan sunset. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Bagi Gabriel, menciptakan keunikan menjadikan daya pembeda yang digali dari kekayaan local, baik kekayaan alam, maupun adat budaya kita. “Dan jangan lupa, personal touch. Misalnya kita mau bikin usaha kedai kopi, perlu ada sentuhan personal dengan tamu atau wisatawan. Perlu ada narasi tentaang apa yang kita miliki, kita buat. Narasi itu menambah nilai pembeda, yang kita tawarkan kepada wisatawan,” ungkapnya.

Berani Keluar dari Zona Nyaman

Masih ingat baju safari yang digunakan oleh semua kepala negara yang menghadiri KTT ASEAN di Labuan Bajo, April lalu? Kain tenun pewarna alam bermotif Mata Manuk yang mereka pakai berasal dari FORLAVIVIAN Sentra Tenun Ikat di Labuan Bajo.

Di bilangan kawasan strategis niaga baru, Batu Cermin Square, terdapat Sentra Tenun Ikat FORLAVIVIAN. Sejak tahun 2010, Wati Ontong, 44 tahun, sudah mulai merintis usaha tenun ikat. Sentra Tenun Ikat ini dibangunnya sejak tahun 2017.

RD Res Dakosta, Pastor Rekan dan Flori Mentot, Ketua Pelaksana I DPP Paroki Santu Mikael Kumba sedang mengamati dari dekat kain tenun Songke yang ada di Art Shop FORLAVIVIAN, salah satu UMKM yang ada di kompleks Batu Cermin Squre Labuan Bajo. Di tempat ini, semua utusan FGK dari Paroki Kumba melihat dari dekat geliat UMKM. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Di dinding ruangan tamu rumahnya, bergantung 2 pigura kaca berukuran cukup besar yang mendisplai selembar kain tenun Songke dengan motif yang indah, beraneka corak warna tenun.

Wati, ibu dari 4 orang anak ini, sejak lama telah aktif mendampingi kelompok-kelompok tenun yang ada di Manggarai Barat. “Saya tergerak mencintai tenun. Ceritanya, dulu ada seorang tua yang sering datang bertemu, menjual kain tenun untuk membiayai anaknya kuliah. Saya sering beli dan menyimpannya di etalase. Awalnya ada rasa iba dengan penjual kain tenun. Di etalase itu saya jadinya banyak mengoleksi kain tenun. Dari situ muncul rasa cinta terhadap kain tenun,” cerita Wati.

Istri Yeremias Ontong ini berkisah, dengan adanya pendampingan kepada para penenun yang rutin ia lakukan, maka kualitas produk akan semakin bagus. Para penenun itu, dibina atau didampingi dalam bentuk kelompok-kelompok. Diperkuat juga dengan adanya dukungan dari Pemda Manggarai Barat, seperti memberikan pelatihan-pelatihan pewarnaan benang guna meningkatkan kualitas kain.

Ibu Wati Ontong, penggerak UMKM pemilik Centra Tenun Ikat FORLAVIVIAN di Kompleks Batu Cermin Square Labuan Bajo saat berada di Art Shop miliknya. Sejak lama ia mencintai dunia kain tenung Songke dan mengabdikan hidupnya untuk membeina serta mendampingi para penenun Songke yang tersebar di Manggarai Barat. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Di Art Shop FORLAVIVIAN, aneka kain tenun berkualitas dapat ditemui dan didapatkan dengan mudah. Ada kain tenunan Songke Manggarai, Songke Manggarai Modifikasi, kain tenunan Manggarai Pewarna Alam, kain tenunan Pahikung Tiga Susun Sumba Timur, kain tenunan Pahikung Asli Pewarna Alam Sumba Timur, Tenunan Wiron Manggarai, kain tenunan Rote Sabu dan lainnya. Semua kain tenunan NTT ada di Art Shop ini.

Masuk ke Art Shopnya, seakan kita dibawa ke dalam sebuah dunia imajinasi seni tenunan yang indah, sebagai buah kreativitas bercita rasa tinggi para penenun yang ada di Manggarai Barat dan NTT umumnya. Ada pula aneka jenis topi, selendang, tas-tas dan pakaian jadi dari tenunan.

Di salah satu sudut ruangan Art Shop FORLAVIVIAN milik Ibu Wati yang ada di Wae Kesambi Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Di toko souvenir ini para wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo bisa mendapatkan aneka kain tenun tradisional Mangarai Barat dan dari semua daerah di NTT. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

“Ketimbang kita yang kasih motif, jauh lebih bagus kalau para penenun membuat sesuai dengan imanjinasi mereka sendiri. Umumnya kalau pengunjung datang membeli, mereka selalu mencari kain tenun yang punya nilai filosofi, sehingga mereka tahu kenapa sebuah kain tenun bisa memiliki harga bervariatif. Dari corak dan warna juga, misalnya, wisatawan mancanegara biasa menyukai warna-warna yang kalem, cenderung ke jenis tenunan jaman dulu, Songe lawas,” kisah Wati.

Di Toko Souvenir FORLAVIVIAN ini, ada kelebihan lain, di mana para pembeli dan pecinta kain tenun, bisa langsung bertemu Wati sebagai pemilik/ownernya. Ia bisa menerangkan seputar bagaimana sebuah kain tenun yang mesti dilihat dari banyak sudut pandang, termasuk dari proses awal pembuatannya.

Kepada para utusan atau kontingen Festival Golo Koe (FGK) yang mengunjungi Art Shop FORLAVIVIAN, Ibu Wati sedang memperlihatkan dan menjelaskan tentang nilai filosofis selembar kain Songke yang ada di toko souvenir miliknya. Ia seorang pekerja yang ulet dan tekun dalam membesarkan Art Shop miliknya sehingga dikenal luas oleh para wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

“Peluang kain tenun ikat sangat menjanjikan, kalau kita berani keluar dari zona nyaman, di mana para penenun yang tersebar di berbagai tempat di Manggarai Barat sebagai pelaku UMKM, hanya membuat dengan standar mereka, sudah saatnya merubah pola, berani mengganti dengan benang yang lebih berkualitas misalnya, akan bisa masuk ke pangsa pasar yang lebih menjanjikan,” kata Wati.

Berjumpa para pemilik UMKM dan pelaku jasa pariwisata di Labuan Bajo, merupakan hal yang istimewa bagi semua utusan peserta FGK asal paroki yang mengambil pelindung Santu Mikael. Apalagi ketika pengalaman-pengalaman berharga dan “resep dapur” kesuksesan mereka, mau diceritakan. Lengkaplah sudah, menjadikan FGK Labuan Bajo sebagai “Rumah Belajar” dan Rumah Inspirasi.

“Kami manfaatkan betul kegiatan Festival Golo Koe ini untuk belajar banyak hal, bagaimana dalam Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan SAE ini, ada banyak pelaku UMKM di Labuan Bajo, selain yang memanfaatkan pameran di Marina Waterfront, juga mereka yang tekun, setia dan terus berusaha menjaga kualitas dan daya saing usaha mereka di kota Labuan Bajo ini. Ada banyak hal yang bisa kita belajar dari mereka untuk kita ramu semuanya menjadi sebuah gerakan bersama yang menginspirasi pelaku UMKM di Paroki Kumba,” kata Flori Mentot, Ketua Pelaksana I DPP Kumba.

Salah satu UMKM dari Paroki Kumba, milik Suster Gembala Baik yang mengikuti Pameran di Waterfront City Labuan Bajo tempat digelarnya Festival Golo Koe, 10-15 Agustus 2023. Selain stand UMKM Komunitas Gembala Baik, adapula stand pameran Wulang Pari Cofee milik Hubertus, umat Paroki Kumba. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Sepanjang acara FGK 2 di Labuan Bajo, 15 utusan Paroki Kumba belajar bagaimana dinamika dan geliat pariwisata, budaya dan ekonomi selalu membawa manfaat besar bagi semua orang, termasuk para pelaku UMKM bila peluang yang ada dijemput dan dimanfaatkan dengan baik.

“Kita jadi tahu ya, pariwisata Labuan Bajo punya dampak peluang ekonomi yang terbuka juga untuk dimanfaatkan oleh UMKM di kabupaten tetangga, seperti kita di Manggarai, terlebih khususnya UMKM-UMKM yang ada di Paroki Kumba,” kata Sr. Maria Goreti Samosir, RGS, utusan Paroki Kumba yang mengikuti pameran UMKM di Waterfront City.

“Ini luar biasa, karena dari para pelaku jasa pariwisata, seperti Pak Gebi Mahal dan Ibu Wati, kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga, jangan sampai peluang dilewatkan begitu saja. Kita semua punya potensi, kita punya pasar UMKM yang baik, tetapi kerja keras dan berani berkompetisi merebut peluang pasar, itu yang saya kira menjadi kuncinya,” tambah Hubertus, dari Wulang Pari Coffee, Paroki Kumba, yang juga berpameran di arena FGK 2023.

Sebagian dari anggota kontingen FGK 2 dari Paroki Santu Mikael Kumba berfoto bersama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Golo Mori di Labuan Bajo. Kunjungan ke obyek-obyek wisata mendunia yang ada di Labuan Bajo merupakan ikhtiar untuk menambah wawasan tentang bagaimana sebuah kota di Keuskupan Ruteng ini kian maju dan berkembang dalam semua bidang kehidupan warganya, termasuk UMKM. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Melihat dari Dekat Destinasi Wisata Labuan Bajo

Tak hanya menggali kisah hidup, lika-liku dan perjuangan keras para pelaku UMKM kota pariwisata super premium, Labuan Bajo, para kontingen FGK dari Paroki Kumba juga mengunjungi sejumlah tempat/obyek wisata andalan yang kini ramai dikunjungi wisatawan, diantaranya, daerah KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Golo Mori, Gua Batu Cermin, area Tanjung Bunga Manis, Pelabuhan Multipurpose Pelindo di Manjarite.

“Terima kasih banyak untuk Pastor Paroki Kumba, Romo Andi, Pastor Rekan, Romo Res, DPP – DKP dan semua umat yang sudah mengutus kami membawa panji Paroki Kumba dalam Festival Golo Koe tahun ini. Sesuai dengan arahan dari Pastor Paroki, momentum partisipasi atau keikutsertaan kita di Festival ini, akan turut mewarnai semangat kerja dan pastoral pelayanan kita semua di tengah umat, terutama, bersama Pastor Paroki dan DPP Kumba, dalam menyukseskan selalu berbagai program Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan SAE ini,” ungkap Agust Jeman, peserta lainnya yang mewakili KBG dan Korwil.

 

Comments are closed.