PAROKIKUMBA.ORG – Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat mengeluarkan Surat Gembala Menyongsong Pemilihan Umum (Pemilu) 14 Februari 2024. Dalam Surat Gembala yang ditandatangani Selasa, 16 Januari 2024 di Ruteng ini, Mgr. Siprianus menulis, Pesta Demokrasi Pemilu pada tanggal 14 Februari 2024 telah berada di ambang pintu. Saat itu kita akan memilih Preseiden dan Wakil Presiden, serta para Wakil Rakyat dari pusat sampai daerah yang menentukan nasib bangsa ini.
Mgr. Siprianus mengajak semua umat Kristiani untuk berpartisipasi secara aktif, sesuai dengan hati nurani dalam Pemilu ini. “Konsili Vatikan II (GS 75) mendorong kita untuk menggunakan hak pilih secara bebas dan bertanggungjawab dalam memilih pemimpin bangsa yang berkomitmen terhadap kesejahteraan umum (bonum commune), dan bukannya kepentingan keluarga (bonum familiae) atau kesejahteraan kelompok sendiri saja,” tulis Mgr Siprianus.
Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, Pr. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Dia menambahkan, dewasa ini kita sedang mengalami situasi kehidupan bangsa yang tidaak mudah, yang diwarnai oleh 4 tantangan besar, yakni kemiskinan masih meliliti banyak orang dan kesulitan ekonomi yang dipicu oleh meningkatnya harga pangan, juga korupsi masih mewarnai kehidupan bangsa yang didukung oleh tergerusnya proses demokrasi. Indeks korupsi Indonesia pada tahun 2022, menurut Lembaga Transparanci Internasional, meningkat dan berada di peringkat 110 dunia.
Selain itu, perubahan iklim yang menimbulkan pemanasan global yang dahsyat dan bonus demografi, di mana tahun-tahun ke depan, kita akan mengalami peningkatan jumlah penduduk dengan usia kerja atau produktif (15-64 tahun) yang lebih banyak dari jumlah penduduk usia tidak produktif (lansia dan anak-anak). Kondisi ini, menurut Mgr. Siprianus, dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa melalui pasokan tenaga kerja produktif. Peningkatan kuantitas ini tentu harus pula dibarengi oleh penguatan kualitas SDM yang membutuhkan kapasitas kepemimpinan yang mumpuni.
Pilih Calon Pemimpin yang “Teruji dan Terpuji” dan “Terbukti” Rekam Jejak di Masa Lampau
Bertolak dari konteks situasi bangsa di atas, Mgr. Siprianus mengajak semua umat Kristiani untuk mencari dan menentukan pemimpin bangsa yang tepat dalam Pemilu yang akan datang. Sejumlah kriteria yang bersumber dari Ajaran Sosial Gereja (ASG) maupun falsafah negara Pancasila, lanjut Mgr. Siprianus, kiranya dapat mencerahkan dan menginspirasi kita dalam menentukan pilihan politik yang benar dan bijaksana.
“Gereja berwenang dan terpanggil untuk membimbing umat-Nya dan semua orang berkehendak baik agar secara bebas dan dengan hati nuraninya dapat membuat putusan politik yang bertanggungjawab dalam terang nilai-nilai Injili,” tulis Mgr. Siprianus.
Pertama, Carilah pemimpin yang memiliki kemampuan dan integritas untuk menahkodai bangsa ini menuju kemakmuran, keadilan dan solidaritas sosial bagi seluruh rakyat (Sila Kelima). Prinsip kesejahteraan umum (bonum commune) (GS 26) ini menolak praktik nepotisme, kolusi dan korupsi (KKN). Kapabilitas kepemimpinan dan integritas moral calon pemimpin tersebut mesti “teruji dan terpuji” tidak hanya dalam visi-misi mereka ke depan, tetapi juga “terbukti” dalam rekam jejaknya di masa lampau.
Kedua, Ajaran Sosial Gereja menegaskan bahwa pribadi manusia adalah dasar dan tujuan dari semua kehidupan politik (GS 25). Seluruh dinamika kenegaraan bertujuan untuk mengembangkan dan menegakkan martabat dan harkat kemanusiaan setiap insan (Sila Kedua). Oleh sebab itu, carilah pemimpin yang peduli dan berbelarasa terhadap sesama anak bangsa khususnya yang lemah dan rentan. Dan pilihlah calon “pemimpin kuat” yang dapat menegakkan HAM serta mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan bernegara.
Memilih Pemimpin yang Sungguh Lahir dari Proses Demokratis yang Benar dan Tepat
Ketiga, Sejarah kelam bangsa dalam zaman Orde Baru dihantui oleh praktik penyalahgunaan kekuasaan, otoriter, rekayasa dan kekerasan. Kita bersyukur atas fajar demokrasi yang terbit sejak era reformasi yang dimotori oleh para mahasiswa. Demokrasi berarti dinamika politik “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” yang mengandung unsur “partisipasi dan tanggung jawab” (CA 46). Oleh sebab itu, marilah kita memilih pemimpin yang sungguh lahir dari proses demokratis yang benar dan tepat, serta yang berkomitmen untuk menegakkan kedaulatan rakyat, etika dan demokrasi (Sila Keempat).
Keempat, Suatu bangsa pertama-tama merupakan kebersamaan kehidupan dan nilai, yang membentuk persekutuan rohani dan moral. Menurut Paus Yohanes XXIII kehidupan bersama suatu bangsa adalah sebuah peristiwa spiritual (PIT AAS 55, 266). Maka politik harus menjamin warga untuk beriman dan beribadat menurut keyakinannya masing-masing serta menemukan Allah sebagai sumber kekuatan dan kebahagiaannya yang sejati (Sila Pertama).
Karena itu, carilah pemimpin yang beramanah dan beribadah, yang religius, toleran dan inklusif. Sebaliknya hindarilah memilih pemimpin yang dalam rekam jejaknya memanfaatkan agama sebagai kendaraan politik kekuasaan belaka (politik identitas).
Contoh Surat Suara Pemilu Presiden Republik Indonesia dengan logo partai politik pendukung, yang akan digelar pada 14 Februari 2024 di seluruh Indonesia. (Foto : DetikNews)
Kelima, Indonesia adalah sebuah lukisan bangsa magis mempesona karena dibentuk oleh mosaik-mosaik indah keunikan dan keanekaragaman suku, adat istiadat, bahasa dan agama. Kesatuan dalam keragaman yang saling menghargai dan melengkapi inilah yang menjamin kelanggengan dan kemakmuran bangsa dalam sejarah. Sosialitas manusia tidaklah seragam tetapi beragam. Kesejahteraan bersama ditentukan oleh kemajemukan yang sehat (KASG 151).
Karena itu, pilihlah calon yang paling mampu menegakkan empat pilar kebangsaan : NKRI, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila dan UUD 45 (Sila Ketiga).
Kaum Muda Jangan Terbuai Gimik Politik yang Membius dan Menipu
Mgr. Siprianus mengajak semua umat Kristiani untuk mensukseskan Pemilu yaang jujur, adil, bebas, dan damai. Dalam Surat Gembala ini, Mgr. Siprianus juga menugaskan para imam dan pimpinan umat di Paroki, Stasi, KBG, lembaga dan komunitas untuk memberikan pencerahan kepada umat agar dapat berpartisipasi dan memilih sesuai etika politik Kristiani dan prinsip Pancasila di atas. “Para klerus hendaknya memberi bantuan spiritual dan moral kepada umat yang memilih maupun calon yang berlaga dalam Pemilu,” pesannya.
Khusus kepada semua kaum muda, Mgr. Siprianus juga mengajak agar sebagai pemilih pemula, untuk memilih dengan hati nurani yang jernih. “Pilihlah pemimpin yang ‘baik dan mampu’ serta tidak mudah terbuai oleh gimik politik yang membius dan menipu. Janganlah melupakan sejarah dan perhatikan secara cermat dan objektif rekam jejak setiap calon,” pesan Mgr. Siprianus.
Mgr. Siprianus juga menghimbau para calon pemimpin bangsa dan calon anggota legislatif serta para pendukungnya untuk bertarung dalam Pemilu secara jujur dan ksatria, menolak cara hoaks dan memanipulasi, melawan kekerasan serta menggelorakan semangat persaudaraan dan kebangsaan. “Pemilu hanya terjadi dalam lima tahun, tetapi kita semua adalah anak-anak ibu pertiwi Indonesia yang satu dan sama untuk selama-lamanya,” imbau Mgr. Siprianus.
Menyongsong Pemilu 14 Februari 2024, Mgr. Siprianus juga mengingatkan Penyelenggara Pemilu (KPU, PPS, Bawaslu), Pemerintah, TNI-Polri, Instansi Hukum dan aparat negara lainnya untuk menjalankan fungsinya dengan netral, jujur dan bertanggungjawab. (Jimmy Carvallo | Pewarta KOMSOS Paroki Santu Mikael Kumba | Foto Judul Berita : Kompasiana)
Comments are closed.