Penulis : Jimmy Carvallo | Pewarta KOMSOS Paroki Santu Mikael Kumba
PAROKIKUMBA.ORG – Oleh karena manusia berdosa, Yesus menggunakan banyak cara untuk mengekspresikan cintaNya dalam persahabatan. Cara yang paling radikal untuk mengungkapkan cintaNya dalam rangka memenangkan persahabatan dari manusia adalah melalui salib. Salib adalah bukti betapa Allah seolah-olah “tergila-gila” mencintai manusia.
Suasana Rekoleksi Pra-Paskah anggota Perserikatan Maria Ratu Segala Hati (PMRSH) di Aula Novisiat SMM di Carep, Paroki Santu Mikael Kumba. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Intisari penegasan itu disampaikan Magister Novisiat Serikat Maria Monfortan (SMM) Ruteng yang juga pembimbing rohani kelompok kerasulan Perserikatan Maria Ratu Segala Hati (PMRSH), RP Heredi Suhartono, SMM saat memberikan Rekoleksi Prapaskah kepada semua pengurus dan anggota PMRSH Sektor Ruteng di Aula Novisiat SMM di Carep, Minggu, 19 Maret 2023 pagi.
Rekoleksi setengah hari ini sekaligus mempertemukan semua anggota PMRSH yang tersebar di 4 kelompok yakni, Kelompok Mando, Carep, Gewak dan Tenda. Rekoleksi dibuka dengan menyanyikan bersama lagu Roh Kudus dan dilanjutkan dengan Doa Pembukaan yang dipimpin pendamping rohani PMRSH Sektor Ruteng, RP Lukas Dirman, SMM.
Rekoleksi mengambil tema “Salib dalam Hidup Monfort dan Maknanya untuk Kehidupan PMRSH” dibawakan dengan susana keakraban dan dialogis. Dijelaskan RP Edi, sapaan akrab RP Heredi Suhartono, Allah adalah pribadi yang punya kerinduan untuk menjalin persahabatan dengan manusia.
RP Heredi Suhartono, SMM, Magister Novisiat Serikat Maria Monfortan (SMM) Ruteng saat memberikan rekoleksi Prapaskah kepada anggota PMRSH Sektor Ruteng, Minggu, 19 Maret 2023 pagi di Aula Novisiat SMM Ruteng. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Tujuan dari persahabatan ini adalah agar manusia selamat. Keselamatan itu terjadi ketika manusia senantiasa berada dalam ikatan persahabatan dengan Dia. Dalam pikiran Santu Monfort, Kitab Suci adalah ekspresi bagaimana Allah menginginkan persahabatan manusia. Allah adalah ‘Allah yang merindu’ dalam artian, Allah yang ‘merindukan’ persahabatan dari manusia,” kata RP Edi.
Dalam nada yang sedikit ekstrim, lanjut RP Edi, Monfort menggambarkan bahwa Allah “membutuhkan persahabatan dari pihak manusia supaya bahagia.” Hal ini tidak bermaksud bahwa “Allah kehilangan kebahagiaanNya” namun sebaliknya, mau menunjukkan bahwa Allah adalah sumber kebahagiaan dan Dia ingin membagikan kebahagiaan ini dengan manusia melalui persahabatanNya.
Sebagian anggota PMRSH yang mengikuti Rekolekso Pra-Paskah bertema “Salib dalam Hidup Monfort dan Maknanya untuk Kehidupan PMRSH” di Aula Novisiat SMM Ruteng. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“KebahagiaanNya yang terbesar adalah ketika manusia tinggal tetap dalam persahabatan dengan Dia sebagai sumber kebahagiaan,”ucapnya.
Salib, Cara Allah Menaklukan Cinta Manusia
Menurut RP Edi, yang mengutip ajaran Santu Monfort dalam bukunya, Cinta Kebijaksanaan Abadi (180), salib adalah cara Allah menaklukkan cinta manusia. Persis pada Salib inilah pandanganNya tertuju, dan Ia berkenan kepadanya. Ia menyayanginya lebih daripada apapun yang besar dan cemerlang di surga dan di bumi, untuk dijadikannya sarana penaklukkanNya dan perhiasan kemuliaanNya, kekayaan dan kegembiraan kerajaanNya, sahabat dan mempelai hatiNya.
Para anggota Perserikatan Maria Ratu Segala Hati (PMRSH) atau yang disebut juga Kerabat Santu Monfort (KSM) sedang mengikuti rekoleksi yang diberikan RP Edy Suhartono, SMM. Rekoleksi ini dibuat dalam mempersiapkan anggota PMRSH menyambut Pesta Paskah 2023. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Oleh karena itu, di atas salib, ketika Dia dicerca dengan penghinaan dan tenggelam dalam jurang penderitaan, Dia berseru, seakan-akan Dia belum cukup menderita..’Aku Haus.’ Rasa haus ini timbul dari cintaNya yang menyala-nyala, dari sumber dan dari kelimpahan cinta kasihNya. Dia haus akan kita, dan untuk menyerahkan diriNya kepada kita untuk menderita bagi kita,” ucap RP Edi mengutip CKA 165.
Dia menuturkan, Salib dalam hidup Monfort memiliki sejumlah makna, antara lain Salib sebagai ekspresi cinta akan panggilannya (Santu Monfort) sewaktu hidup di seminari, ekspresi cinta akan orang miskin, di mana dalam hidup dan karyanya, Santu Monfort selalu menunjukkan kepada orang sakit dan kaum miskin yang dijumpainya dengan kasih sayang bagai seorang ibu, seperti yang ditulis Le Chorm, bahwa suara orang miskin baginya adalah suara Allah.
Selain itu, dalam pandangan Monfort, Salib juga merupakan ekspresi cinta akan hidup dalam kesucian, sebagai ekspresi cinta akan misi dan ekspresi cinta akan kesetiaan. RP Edi mengisahkan pula, dalam satu surat yang pernah ditulisnya, Santu Monfort meninggalkan pesan yang selalu juga mesti menjadi panggilan semua orang Kristiani jaman ini : Bersukacitalah, sambil mengurbankan dirimu hari demi hari seperti lilin yang terbakar.
Bernadeta Sola Ruba, anggota PMRSH dari Kelompok Tenda. Ia mengatakan bahagia dan senang bisa mengikuti Rekoleksi Pra-Paskah para anggota PMRSH karena memberi pengertian dan pemahaman baru tentang arti salib dalam hidup. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Dalam Salib Menemukan Arti Hidup
Disela-sela rekoleksi, Bernadeta Sola Ruba, salah seorang anggota PMRSH dari Kelompok Tenda, kepada media ini mengungkapkan perasaan gembiranya karena bisa mengikuti rekoleksi ini sebagai persiapan diri menyambut Pesta Paskah. “Tema tentang Salib ini bagus sekali dan menyentuh hati saya,” kata Dethi, sapaan keseharian Bernadeta.
Ibu dari 4 orang putra-putri dan Istri Almarhun Ansel Odi, mantan anggota DPRD Manggarai ini mengatakan, dengan mendalami pengajaran atau rekoleksi tentang makna salib bagi anggota PMRSH juga bagi orang Kristiani umumnya, memberinya kekuatan dan semangat baru untuk menjalani hidup.
“Setiap kita diberikan kemampuan dan talenta oleh Tuhan, misalnya untuk menjadi seorang ibu rumah tangga, dan lain-lain. Peran itu dipercayakan Tuhan kepada kita, di dalamnya tentu selalu ada salib-salib hidup yang kita semua alami. Bersyukur, dalam rekoleksi ini, saya dikuatkan dan diberi pengertian baru, bahwa dalam salib kita menemukan arti hidup, cinta dan percaya pada kehendak Tuhan yang mencintai kita,” ucap Dethi.
Yasinta Sedia, anggota PMRSH dari Kelompok Tenda. Bersama suaminya, Silvester mereka bergabung dalam komunitas kerasulan rohani PMRSH. Ia mengatakan terharu bisa mengikuti Rekoleksi Prapaskah di Aula Novisiat SMM. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Anggota PMRSH lainnya, Yasinta Sedia, istri dari Silvester Jegaut, keduanya anggota PMRSH Kelompok Tenda, menuturkan, dengan mengikuti rekoleksi Prapaskah dibimbing oleh RP Heredi, SMM, ia bersyukur bisa mengerti tentang ajaran Santu Monfort tentang salib.
“Ini rekoleksi yang bagus sekali. Saya terharu dan tersentuh dengan materi yang dibawakan dengan bagus oleh Pater Edi. Selain mendalami riwayat hidup dan pikiran Santu Monfort tentang salib, juga bagaimana Monfort memberikan inspirasi tentang menghadapi salib hidup kita. Rekoleksi ini, membuat saya kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup,” ucap Sinta.
Agustinus Pen, anggota PMRSH Kelompok Gewak, Paroki Santu Mikael Kumba. Baginya, dengan mengikuti Rekoleksi bertema Salib dalam Hidup Monfort dan Maknyanya bagi Kehidupan PMRSH, membantunya melihat kembali kebaikan Tuhan dalam hidup. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Saya terkesan dan disegarkan kembali oleh rekoleksi ini. Betapa besar kerinduan Tuhan pada saya, dan hidup saya merupakan perjalanan tentang kasih dan kebaikan Tuhan.Tuhan Yesus yang berkurban dan mati untuk saya, untuk kita semua karena cinta kepada kita. Ini sesuatu yang luar biasa. Semuanya adalah tentang kesabaran. Tuhan sudah menunjukkannya saat memikul salib ke Kalvari,” kata Agustinus Pen, anggota PMRSH Kelompok Gewak.
Menurut Agus, setelah mengukuti rekoleksi ini, ia menyadari bahwa peristiwa salib dalam kehidupannya meruapan cara Tuhan memanggilnya untuk lebih percaya pada penyelenggaraan Ilahi atas hidup.
Sesi foto bersama anggota dan pengurus PMRSH dengan para Imam pembimbing Retret Pra-Paskah di Aula Novisiat SMM Carep, Ruteng, Minggu, 19 Maret 2023. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Tempatkan Tuhan di urutan nomor satu, percaya Tuhan akan selalu menyertai hidup harian kita. Rekoleksi ini memberi saya kekuatan baru sebagai anggota PMRSH, sebagai kepala keluarga dan umat Katolik,” ucapnya.
Koordinator PMRSH Regio Flores, Wilibrodus Suhardi mengatakan, rekoleksi bersama semua anggota PMRSH akan menjadi agenda tahunan dan disesuaikan dengan Hari Raya Gerejani. Ia berharap, melalui rekoleksi ini, persaudaraan dan semangat pelayanan kepada Gereja dari para anggota PMRSH akan kembali disemangati dan penghayatan hidup sebagai seorang Monfortan akan terus bertumbuh.
Terima kasih Pak Jimmy
Salam semangat!