Penulis : Jimmy Carvallo | Pewarta KOMSOS Paroki Santu Mikael Kumba
PAROKIKUMBA.ORG – Keuskupan Ruteng bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur akan menggelar Festival Golo Curu (FGC) 2023 pada tanggal 1-7 Oktober 2023. Festival yang mengambil nama bukit ziarah dan wisata rohani yang ada di Kota Ruteng ini, akan dihadiri oleh paroki-paroki se-Keuskupan Ruteng dan juga diikuti berbagai agama dan etnis yang ada dalam parade bersama.
Rapat panitia Persiapan Festival Golo Curu telah dilaksanakan di Aula Pusat Pastoral (PusPas) Keuskupan Ruteng di Jalan Pelita, Kamis, 31 Agustus 2023 lalu dan dihadiri oleh unsur Forkompimda Manggarai, Vikjen Keuskupan Ruteng, RD Alfons Segar, para Pastor Paroki se-kota Ruteng dan sekitarnya, Sekretaris Keuskupan Ruteng, RD Agustinus Manfred Habur, Vikep Ruteng, RD Dyonysius Osharjo, para Ketua Komisi di Puspas, utusan Polres dan Kodim 1612/Manggarai, para Lurah se-kecamatan Langke Rembong, pegiat UMKM, tokoh agama dan tokoh umat, pegiat seni-budaya, LSM dan pers.
Rapat dipimpin langsung Ketua Steering Commite (SC atau Panitia Pengarah), RD Dr. Matrin Chen dan Ketua Organizing Commite (OC atau Panitia Pelaksana), RD Marten Jenarut membahas berbagai persiapan, satu bulan menjelang menuju pelaksanaan FGC yang akan menjadi event tahunan di Ruteng, selain Festeival Golo Koe (FGK) baru belum lama ini sukses dilaksanakan di kota pariwisata super premium, Labuan Bajo, ujung barat Pulau Flores.
Uskup Ruteng, Yang Mulia Mgr Siprianus Hormat, Pr sedang memikul gong sebagai tanda dibukanya kegiatan event Festival Golo Curu tahun 2022 lalu di Paroki Santu Fransiskus Asisi Ruteng. Festival ini telah menjadi agenda Tahunan di Keuskupan Ruteng yang mempertemukan semua paroki yang ada, dalam semangat persaudaraan dan sukacita. (Foto : KOMSOS KR)
Guna mempersiapkan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi perhelatan akbar FGC 2023 dengan baik sekaligus mengarahkan semua unsur dalam kepanitiaan bersama agar mulai bekerja maksimal, Uskup Ruteng, Yang Mulia Mgr Siprianus Hormat telah mengeluarkan SK Nomor : 367/I.1/IX/2023 tentang Pembentukan Panitia Festival Golo Curu.
Dalam poin Menimbang dalam SK tersebut, ditulis bahwa dalam mengimplementasikan hasil Sinode III Keuskupan Ruteng, telah ditetapkan Pastoral Ekonomi yang Sejahtera, Adil dan Ekologis (SAE) sebagai fokus tahun pastoral 2023 dan bahwa telah ditetapkan FGC sebagai program pastoral tahunan yang menampilkan kekayaan dan keunikan pariwisata religi-kultural dan ekologis.
Dalam SK tersebut, Ketua Umum FGC 2023 dijabat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai, Wakil Ketua Umum dan Vikep Ruteng, RD Dyonysius Osharjo. Adapun Panitia SC dipimpin RD Martin Chen, Panitia OC dengan Ketua Pelaksana, RD Marten Jenarut, berikut Sekretaris, RD Beben Gaguk dan Bendahara, RD Alo Jonson. Berbagai seksi pendukung suksesnya FGC juga dibuat, beberapa di antaranya Seksi Liturgi, RD Ompy Latu, Seksi Parade dan Tari Adat Kolosal Golo Curu, RD Stanis Harmansi dan Seksi Prosesi Religi – Kultural, RD Andi Latu Batara.
Pemandangan saat berlangsungnya prosesi patung Bunda Maria yang dilaksanakan saat Festival Golo Curu tahun 2022 lalu di Paroki Santu Fransiskus Asisi Karot dan melibatkan semua paroki yang ada di Kota Ruteng. Prosesi ini diikuti oleh ribuan umat dengan khusyuk. (Foto : KOMSOS KR)
Prosesi Antar Paroki Dalam Kota Ruteng
Kegiatan Festival Golo Curu 2023 akan dimulai pada Senin, 1 Oktober 2023 dengan Misa Pembukaan Bulan Rosario di pelataran Gua Bunda Maria di Golo Curu dan dilanjutkan dengan prosesi. Pada prosesi hari pertama ini, patung Bunda Maria akan diarak dari Golo Curu menuju Gereja Santu Fransiskus Asisi – Karot, dan hari berikutnya sampai tanggal 7 Oktober diarak menuju –paroki-paroki se-kota Ruteng.
Patung Bunda Maria akan ditahtakan satu malam di setiap Gereja Paroki. Sementara, 7 paroki dalam kota Ruteng, diberikan keleluasaan mengatur sendiri bentuk perayaan/devosi saat patung berada semalam. Puncak acara FGC akan dihelat tanggal 5-7 Oktober 2023.
Direncanakan, pada tanggal 4 Oktober 2023 petang akan dibuka pameran UMKM dan pementasan seni di pelataran Katedral, berlanjut tanggal 5 Oktober pagi akan diadakan acara parade kultural yang melibatkan utusan paroki-paroki, etnis, lintas agama, lembaga, biara-biara sekaligus pementasan Tari Kolosal. Saat ini, panitia sedang intens berkoordinasi untuk menentukan tempat yang tepat sebagai titik start parade yang akan bertolak menuju Katedral.
Uskup Ruteng, Yang Mulia Mgr Siprianus Hormat saat memimpin Ibadat Ekologis pada acara Festival Golo Curu tahun 2022 di pelataran Gua Bunda Maria Golo Curu, Paroki Santu Fransiskus Asisi – Karot. Acara ini dihadiri oleh ribuan umat dari 7 paroki sekota Ruteng dan sekitarnya dengan penuh sukacita yang dilaanjutkan dengan penanaman pohon bersama. (Foto : KOMSOS KR)
Pameran UMKM dan pentas seni akan dilaksanakan hingga tanggal 7 Oktober 2023. Ada pula kegiatan ekologis dan budaya yang formatnya sedang digodok bersama oleh panitia FGC. Prosesi akbar dari Katedral menuju Gereja Karot, akan dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2023 dan ditutup dengan Misa Ratu Rosari dan setelah itu, patung Bunda Maria akan diarak kembali menuju ke puncak Golo Curu.
Acara Closing Ceremony akan dilaksanakan pada malam harinya (7 Oktober 2023) di pelataran Katedral. FGC juga menjadi tempat bertemunya kembali semua pelaku UMKM yang ada di paroki-paroki sekeuskupan Ruteng untuk mengambil bagian mempromosikan/memasarkan produk unggulan mereka kepada semua pengunjung di area Katedral Ruteng dan tempat keramaian FGC lainnya. Panitia juga akan mengadakan lomba paduan suara lagu Maria. .
Situs Wisata Rohani Kaya Pengalaman Rohani
Apa yang melatarbelakangi FGC menjadi event Festival Tahunan? Golo Curu, bagi orang Manggarai, khususnya umat Katolik di Kota Ruteng, bukanlah hanya sekesar sebuah tempat, lebih dari itu, ia telah lama menjadi sebuah situs rohani yang didirikan tahun 1960an. Telah ada begitu banyak pengalaman iman dari banyak orang yang berziarah dan berdoa di bukit kecil yang terletak di wilayah Paroki Santu Fransiskus Asisi-Karot, arah utara Kota Ruteng ini.
Sejak lama, Golo Curu telah menjadi tempat ziarah favorit para devosan atau pencinta Maria, tempat banyak orang mengalami pembaharuan dan pengalaman rohani tentang kebaikan Tuhan dalam kehidupan. Pemda Manggarai juga telah memasukan Golo Curu sebagai sebuah situs rohani dan telah mengintervensi untuk melakukan rehabilitasi dan pemugaran seperti pembuatan tembok penahan, pemasangan kanopi baru di depan gua, perbaikan tangga dan jalan setapak serta pos jaga, pembuatan pagar besi keliling, gapura di pintu masuk Jalan Salib dan pondok pandang yang dilakukan bertahap sejak tahun 2012 untuk menjadikan Golo Curu sebagai situs wisata rohani yang lebih terawat dengan baik dan nyaman bagi para pengunjung/peziarah.
Pementasan Caci menjadi salah satu pertunjukan dalam event Festival Golo Curu tahun 2022 lalu yang diadakan di halaman Gereja Santu Fransiskus Asisi Karot di Ruteng. Dalam festival ini, seni dan budaya Manggarai selalu ditampilkan untuk mempertahankan kultur bersama bagi generasi masa depan putra-putri Manggarai di tengah kemajuan jaman. (Foto : KOMSOS KR)
Mengendus jejak situs rohani Golo Curu sebagai tempat perjumaan dengan Sang Bunda yang Penuh Rahmat memang tak kan pernah habis dicerita. Ada banyak kisah dari banyak orang yang tak bisa dicerita karena kata-kata yang terbatas, di dalam lengkungan langit biru tempat bantuan dan berkat Tuhan berlimpah tercurah. Dari atas bukit ini, kita pun bisa melihat pemandangan indah yang mengitarinya. Sejauh mata memandang, hanya rasa kagum yang ada, bentangan sawah dan pepohonan, barisan gunung dan perbukitan serta Kota Ruteng yang mempesona bagai lukisan di atas permadani surga.
Bentuk Evangelisasi di Tahun Pastoral Ekonomi SAE
Ketua Pelaksana Panitia OC – FGC, RD Marten Jenarut, ditemui di ruang kerjanya di Komisi JPIC Pusat Pastoral di Ruteng menjelaskan, FGC merupakan bagian yang terintegrasi dalam sebuah rangkaian pastoral Keuskupan Ruteng, yakni menjadi bagian dari program pastoral dengan salah satu bentuknya yakni FGC, selain Festival Golo Koe (FGK) yang telah dihelat tahun ke 2 di Labuan Bajo.
“Kalau kita bicara tentang festival, baik Festival Golo Koe maupun Festival Golo Curu, ini merupakan bagian dari kegiatan pariwisata juga. Pariwisata dipahami oleh Gereja sebagai satu bentuk evangelisasi juga. Festival itu khas dalam dunia kepariwisataan dan pariwisata dipahami juga sebagai salah satu bentuk evangelisasi, suatu karya pewartaan untuk membangun iman umat,” kata RD Marten.
Ketua Pelaksana Panitia OC – Festival Golo Curu 2023, RD Marten Jenarut. Dia menjelaskan bahwa selain ada kegiatan-kegiatan rohani juga ada kegiatan yang bersifat ekonomi, pemberdayaan UMKM dan kultural termasuk ekologi dan sosio karitatif yang menjadi warna dasar festival-festival yang dibuat oleh Gereja, termasuk Festival Golo Curu. (Foto : DOK. PRIBADI)
Dia menambahkan, FGC tidak dibuat secara dadakaan namun telah didesain atau dibuat dengan berbagai latar belakang pertimbangan. Tahun 2022 lalu, Paroki Santu Fransiskus Asisi Karot telah menginisiasi, bersama paroki-paroki sekota Ruteng lainnya untuk mengadakan Festival Golo Curu yang juga di-backup oleh Pemda Manggarai.
Tahun ini, pihak Keuskupan Ruteng mengambil alih dalam kemasan tetap sebagai Festival Golo Curu, bekerja sama dengan Paroki Karot, Pemda, tokoh-tokoh adat yang ada di Karot untuk melaksanakan festival tersebut. “Festival Golo Curu tetap taat asas dalam pelaksanaannya. Yang saya maksudkan, selain ada kegiatan-kegiatan rohani juga ada kegiatan yang bersifat ekonomi, pemberdayaan UMKM dan kultural termasuk ekologi dan sosio karitatif. Inilah warna dasar festival-festival yang dibuat oleh Gereja,” ucap RD Marten.
Yang paling pertama dalam semua perhelatan festival, seperti FGK dan FGC, lanjut RD Marten, yakni aspek religius, namun tidak berarti aspek lain diabaikan. Aspek ekonomi, ekologi, kultural, sosial karitatif selalu berjalan beriringan. “Semuanya itu dikemas untuk mengerucut pada kegiatan Pastoral Ekonomi Berkelanjutan yang sejahtera, adil dan ekologis,” tambahnya.
Kegiatan FGC ini, dikuti paroki- paroki dalam wilayah Keuskupan Ruteng, karena Festival tersebut bertujuan sebagai penegasan Gereja bahwa tradisi religius umat Katolik Keuskupan Ruteng yang intens selalu berdoa Rosario. “Jadi, kita sebenarnya mau melanjutkan tradisi itu. Juga sebagai sebuah festival, sebuah evangelisasi, FGC diharapkan juga membangun kesadaran religius, kesadaran dan kedewasaan iman umat Katolik yang ada di Keuskupan Ruteng,” kata RD Marten.
Menampakkan Dimensi Pastoral Holistik
Terpisah, Ketua Steering Commite (SC) FGC yang juga Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng, RD Dr. Martin Chen ditemui PAROKIKUMBA.ORG, Selasa, 5 September 2023 mengatakan, Festival merupakan perayaan yang bagi Gereja Keuskupan Ruteng, tidak hanya perayaan sosial kemasyarakatan dalam arti event ekonomi atau kurtural saja, tetapi juga karya pastoral.
“Maka, Golo Curu difestivalkan, agar dimensi pastoral yang holistik tampak. Kalau tidak difestivalkan, dia hanya sebatas dimensi rohani – spriritual. Dengan difestivalkan, di sana kita bisa padukan ada kulturnya, ada juga pengembangan ekonomi umat. Lebih penting dari itu, festival juga semakin meneguhkan dimensi communio atau persaudaraan, persekutuan dan suka cita iman. Dengan festival, orang merayakan kegembiraan dan sukacita,” kata RD Martin.
Ketua Steering Commite (SC) Festival Golo Curu 2023 yang juga Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng, RD Dr. Martin Chen. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Ia menambahkan, setiap festival umumnya meiliki unsur yang sama, sementara lokasi dan waktu pelaksanaan yang berbeda. Festival Golo Curu, lanjut RD Martin, memliki kekhasan karena memiliki tradisi yang lebih tua di mana sudah sejak lama ada tradisi devosi kepada Bunda Maria di Bukit Golo Curu yang sungguh dihayati oleh umat Kota Ruteng dan di Keuskupan Ruteng.
“Ruteng juga merupakan pusat keuskupan dan pusat budaya Manggarai. Juga yang jadi khas, karena festival ini berkaitan dengan Katedral Ruteng sebagai “Mbaru Gendang”nya keuskupan, sehingga sebagian besar perayaan dipusatkan di Katedral. Sebagai pusat budaya, dalam festival ini beberapa kegiatan juga akan mengangkat keunikan budaya Manggarai, yang sedang dirancang seperti pentas-pentas seni kolosal yang berwarna adat Manggarai, termasuk ada kegiatan ekologis yang disatukan dengan budaya Manggarai, misalnya acara adat Barong Wae, berupa pengudusan sumber-sumber mata air atau sumber alam seperti hutan, dipadukan dengan kekayaan iman,” tutur RD Martin.
Imam yang pernah berkarya di Paroki Katedral Ruteng (1997-2000) dan studi Teologi Dogmatik di Universitas Munchen Jerman ini menuturkan, kekhasan lain dari FGC di mana Ruteng yang sejak lama menjadi kota pelajar juga benyaknya komunitas religius atau biara dan partisipasi mereka akan ditampakkan selama perhelatan FGC. Dengan adanya FGC, lanjut dia, diharapkan iman umat semakin teguh dan kebersamaan – persaudaraan yang terkait erat dengan budaya Manggarai yang menekankan nai ca anggit tuka ca leleng.
“Ada juga dimensi sukacita iman, bahwa iman itu untuk dirayakan. Iman itu adalah sukasecarcita karena kita sudah diselamatkan. Iman berarti kita mau membagi sukacita. Iman terutama bukan tentang ketakutan atau dosa tetapi penebusan yang kita rayakan dan dengan festival, diharapkan kita semua bisa menyadari dimensi ini secara lebih baik,” tuturnya.
Uskup Ruteng, Yang Mulia Mgr Siprianus Hormat didaampingi para imam daan biarawati serta tokoh umat sedang melakukan penanaman pohon Palem di pelataran Gua Bunda Maria Golo Curu dalam agenda kegiatan ekologis dalam Festival Golo Curu tahun 2022 lalu. (Foto : KOMSOS KR)
RD Martin juga mengatakan, dengan mengadakan festival, Gereja semakin bersukacita dan memberi kesaksian ke tengah dunia, membawa sukacita Injili ke tengah dunia, bukan kecemasan, keburaman atau putus asa. “Kita membawa sukacita Kristus ke tengah dunia. Festival menjadi sarana yang tepat disamping media lain. Festival menjadi salah satu medium pewartaan sukacita Injili. Injil sebagai kabar gembira butuh medium, sarana, mediasi supaya menjadi warta sukacita,” ujarnya.
Persaudaraan yang Membangun Kepedulian
Pastor Paroki Santu Fransiskus Asisi – Karot, RP Bonivantura Yulianus Lelo, OFM, ditemui media ini, mengungkapkan, dengan akan digelarnya FGC diharapkan semangat peziarahan umat Katolik kembali disemangati di situs-situs rohani di manapun, seperti yang juga pernah digalakkan oleh Sri Paus saat Tahun Kerahiman dulu.
“Semoga semangat peziarahan itu, melahirkan semangat untuk membangun kehidupan ekonomi kita secara bersama-sama dengan saling peduli dan saling menolong. Semoga festival ini senantiasa menjadi momen kita dalam menyadari bahwasanya kehidupan rohani kita senantiasa tidak terpisahkan dari keseharian kehidupan kita atau pekerjaan dan perjuangan kita,” ungkap RP Bovan.
Ia mengatakan, semoga semangat peziarahan yang sedang kita jalani, hendaknya selalu menguatkan peziarahan kita dalam perjuangan hidup di tengah dunia ini. Dan sebaliknya, peziarahan kita dalam keseharian atau pekerjaan harian yang kita lakukan merupakan wujud dari penghayatan iman kita.
Pastor Paroki Santu Fransiskus Asisi – Karot, RP Bonivantura Yulianus Lelo, OFM. Ia berpesan agar melalui FGC senantiasa menjadi momen kita dalam menyadari bahwasanya kehidupan rohani kita senantiasa tidak terpisahkan dari keseharian kehidupan kita atau pekerjaan dan perjuangan kita. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Salah seorang umat Paroki Katedral, Fransiska P. L. Jehaun, dimintai pendapat media ini, mengatakan tradisi kebersamaan yang selalu dibangun oleh Gereja Katolik sangat bagus dan inspiratif dalam kehidupan dunia dewasa ini. “Festival Golo Curu, juga mengangkat tentang pentingnya nilai kebersamaan, persaudaraan dan menghidupkan tradisi atau budaya Manggarai. Kita semua menyambut baik acara festival ini,” tutur Lyla, sapaan akrabnya.
Sementara, Direktur LSM Ayo Indonesia, alumnus STKIP (kini Unika) Santu Paulus Ruteng, Tarsi Hurmali, dihubungi media ini mengatakan, dengan akan diselenggarakannya FGC pada 1-7 Oktober mendatang, diharapkan juga agar gereja menunjukkan solidaritasnya kepada kaum miskin atau kaum marginal, baik melalui kegiatan sosial karitatif atau kegiatan konkrit lainnya yang menyentuh kehidupan mereka.
“Bunda Maria tentu juga berprihatin dengan penderitaan anak-anaknya yang masih kasi-asi dalam pelbagai bentuknya. Semoga FGC membawa harapan juga bagi mereka semua. Saya dengar ada kegiatan sosial karitatif, itu baik dan sekaligus mengajak semua umat sebagai gereja untuk bersatu-padu dalam membangun kepedulian dengan sesama yang sedang membutuhkan uluran tangan kita,” ucap Tarsi.
Comments are closed.