Penulis : Jimmy Carvallo | Pewarta KOMSOS Paroki Santu Mikael Kumba
PAROKIKUMBA.ORG – Di Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan SAE (Sejahtera, Adil dan Ekologis) umat Paroki Santu Mikael Kumba yang tersebar di 91 KBG tak hanya melaksanakan Katekese, namun juga mengejawantahkan atau mengkonkritisasi semangat Ekonomi SAE dalam berbagai bentuk. Salah satunya, melalui pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran strategis bagi peningkatan ekonomi, terutama kaum perempuan.
DPP dan DKP Paroki Kumba sejak awal tahun ini, juga telah meluncurkan bantuan pinjaman tanpa bunga bagi semua umat di KBG yang ada, 2 juta per-KBG yang diharapkan bisa menjadi stimulus bagi para kaum perempuan dalam merintis dan mengembangkan UMKM. Selain diharapkan menjadi “benteng kecil” yang menjaga umat dari gerilya para rentenir yang membungakan uang sangat tinggi kepada umat, pinjaman bunga nol persen ini juga menjadi pendorong agar keluarga-keluarga mulai membiasakan habitus baru : berani memulai usaha ekonomi kecil-kecilan, asal tekun.
“Sejak diluncurkan pertama kali, program bantuan pinjaman tanpa bunga ke 90 KBG di Paroki Kumba, mendapat respon luas dan positif dari umat,” kata Hima Domi Antonius, Koordinator Rumpun Pastoral Pelayanan Sosiaal Paroki Kumba. Meski dengan nominal yang tak besar, namun sektor UMKM umat Paroki Kumba terus didorong oleh DPP-DKP agar semakin bergeliat di tengah dinamika jaman yang kompetitif.
Bantuan pinjaman tanpa bunga yang salurkan oleh Paroki Kumba untuk semua umat yang tersebar di 90 KBG merupakan bagian dari program yang dibuat untuk menolong umat, tidak hanya menghindarkan mereka meminjam dari rentenir yang berbunga tinggi, tapi juga diharapkan bisa dipakai untuk berani memulai usaha ekonomi mikro dan kecil (UMKM) bagi yang membutuhkannya. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Umat tentu diharapkan bisa memanfaatkannya dengan baik, sesuai kebutuhan, terutama umat yang sangat membutuhkan dan mengalami kesulitan ekonomi. Umat di ajak untuk berani membangun usaha kecil-kecilan dulu, dengan dana yang ada. Tapi, kami juga melihat ada banyak umat yang secara mandiri mulai beralih menjadi pelaku UMKM yang tangguh dan ulet, dilakukan secara mandiri dan optimis,” ujar Fedinandus Jebarut, Ketua Pelaksana DKP Paroki Kumba.
Membangun Ekonomi Keluarga Melalui UMKM
Hari pertama di awal Bulan November 2023, media ini berbincang-bincang dengan pasutri yang sejak lama telah menekuni usaha kuliner dan ternak. Adalah Edeltrudis Misse Parera, 53 tahun, ibu dari 7 orang anak, umat di KBG Bintang Timur Wilayah Yeriko Paroki Santu Mikael Kumba. Sejak belasan tahun lalu ia telah menekuni bisnis kuliner berupa pembuatan berbagai jenis kue kering. Relasi dengan konsumen yang dibangunnya pun terbilang cukup banyak di seputaran Kota Ruteng. Dari bakatnya membuat kue, ia bisa membangun ekonomi keluarga dan mendukung pendidikan anak-anaknya.
Setiap menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru, ada puluhan pesanan kue-kue kering datang dari berbagai tempat. Ia pun sibuk memenuhi permintaan tersebut dan memastikan kulitas kue-kue yang dibuat tetap terjaga. Aneka kue pun didistribusikan ke semua pelanggan setianya, seperti Nastar, Kembang Rosa, Kue Bahagia dan Kue Keong. Kue-kue buatannya telah lama dikenal luas karena memiliki cita rasa yang enak, racikan bahannya pun berbeda dengan yang lain, meski berjenis sama.
Sejak bulan April 2023, ia menggagas pemberdayaan para ibu tetangganya dengan memulai usaha ekonomi (UMKM) bersama yang melibatkan ibu-ibu yang ada di KBG. Mereka diajaknya berbisnis kuliner secara berkelompok, mengambil tempat penjualan di kompleks Gereja Kumba.
“Awalnya, ada katekese Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan di KBG. Materinya menarik dan ada tawaran aksi nyata hasil dari katekese itu. Kami sepakat buat kuliner dan menjualnya di kompleks Gereja Kumba. Mendapat dukungan para pengurus KBG, kami pun semangat dan kompak. Kami coba dengan cara mulai dengan dana masing-masing dan membuat kreasi kue masing-masing,” cerita Delci.
Sejak itu, di lapak yang telah disediakan oleh DPP di samping timur Gereja Kumba, para ibu KBG Bintang Timur mulai berjualan. Beraneka jenis kuliner kreasi mereka dijajakan, seperti roti, kue rambut, donat, kelepon, kembang goyang, pao, taucopiang dan lemet. Adapun kudapaan lainnya juga ikut dijual, seperti perkedel ikan, sambal goreng kentang, RW dan sate babi, rebis wijen goreng dan sayur-sayuran. Semua disiapkan oleh setiap ibu KBG Bintang Timur dan digabung di lapak penjualan yang ada.
Usaha kuliner yang dikembangkan bersama oleh para ibu yang ada di KBG Bintang Timur merupakan cara umat Paroki Santu Mikael Kumba bekerja sama dan mengambil bagian dalam semangat Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan. Nampak para ibu dari KBG Bintang Timur sedang berjualan di halaman parkir timur Gereja Kumba. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Kami semua terbantu memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari dari berjualan kuliner ini. Dengan dana pribadi dari setiap ibu yang ikut ambil bagian dari menyiapkan berbagai menu yang akan dijual ini, ada tanggung jawab bersama dalam kebersamaan, saling mendukung dan membangun, saling memotivasi untuk berkreasi dan semangat menjual kuliner,” kata Delci.
Setiap hari Minggu, para ibu dari KBG Bintang Timur rutin berjualan di kompleks Gereja Kumba. Keuntungan yang diperoleh terus mereka kembangkan dengan tekun dan semangat. “Kami sangat berterima kasih kepada Pastor Paroki dan DPP Paroki Kumba karena selain bakat kami bisa tersalurkan dengan lebih baik, kami para ibu KBG juga bisa menjual dengan lebih baik di tempat yang ramai. Kami berterima kasih karena Paroki Kumba sudah ikut memperhatikan kami para ibu yang berjualan kuliner,” kata Delci.
Suaminya, Aloysius W. Nukul, 58 tahun, juga tekun beternak babi sejak tahun 2017. Saat itu, ia mencoba mengembangkan 10 induk babi. Aloysius bisa mendapatkan antara 60 sampai 70 anak babi dalam setahun. “Dulu waktu tahun-tahun awal piara, kami bisa dapatkan sampai 80 ekor anak babi dari 10 induk itu dalam satu tahun,” cerita Aloysius, yang sejak April lalu pensiun sebagai ASN dari Dinas PU Kabupaten Manggarai.
Kini dengan mengembangkan 7 induk yang tersisa, dia bisa meraup keuntungan yang cukup fantastis. Anakan babi miliknya dijual hingga ke Bajawa dan Maumere. Anakan babi yang berusia 2 bulan dijual seharga 1,2 juta per-ekor. Dalam setahun ia bisa meraup penjualan anakan babi hingga 50an juta bersih, setelah dipotong biaya operasional seperti pakan yang difermentasi sendiri. Ini dihitung dengan kisaran 1 ekor induk babi bisa beranak rata-rata 7 ekor dan dalam setahun 2 kali beranak.
Pasutri Aloysius dan Delci adalah salah satu potret keluarga, umat Paroki Kumba yang tekun dan ulet bekerja. Sektor UMKM tidak mesti dimulai dengan bisnis besar, tapi dengan modal ketekunan bekerja dan doa.”Tuhan sudah beri kami talenta untuk terus kami kembangkan, sepeti kuiner ini. Harapannya tentu, ke depan usaha ini terus berkembang dengan baik dan ada juga orang lain yang tertarik untuk bergabung dengan kami atau memulai usaha sendiri. Paroki Kumba sudah siapkan sarana dan tempat, mari kita gunakan dengan baik,” tutur Delci.
Comments are closed.