PAROKIKUMBA.ORG – Kelompok Kerja Kampung Moderasi Beragama Kabupaten Manggarai memilih Kampung Wae Buka yang terletak di wilayah Paroki Santu Mikael Kumba di Kelurahan Satar Tacik Kota Ruteng menjadi Kampung Moderasi Beragama. Hal ini ditetapkan setelah sebelumnya melakukan sosialisasi, penilaian dan rapat ersama semua unsur terkait, termasuk unsur Pemerintah, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat di Kabupaten Manggarai.
Acara launching Kampung Moderasi Beragama (KMB) berlangsung meriah Selasa, 16 Juli 2024 pagi di pelataran Mbaru Gendang, Kampung Wae Buka. Sehari sebelumnya, dilaksanakan ritus adat Tesi oleh para tokoh adat di Mbaru Gendang Wae Buka. Hadir pada kegiatan launching ini, Camat Langke Rembong, Eremus Gonzaga Gau, Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Manggarai, Sr. Maria Yohana, SSpS dan Kepala Kantor Kementaerian Agama Kabupaten Manggarai, Pontius Mudin, S.Fil.
Ada pula Pastor Paroki Santu Mikael Kumba, RD Antonius Ryanto Latu Batara, Imam Masjid Agung Baiturrahman. Jamaluddin, Pendeta Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Ruteng, Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Manggarai, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Manggarai serta para Kepala Seksi dan Penyelenggara di lingkup Kantor Kemenag Kabupaten Manggarai. Nampak pula Lurah Kelurahan Satar Tacik, Dionisius Hambur, jajaran pengurus DPP dan DKP Paroki Kumba, Tua Golo Wae Buka, Damianus Dandur, Tua Teno, Benediktus Karbin serta sejumlah tokoh masyarakat Kampung Wae Buka.
Ketua Panitia Kelompok Kerja Moderasi Beragama Kabupaten Manggarai, Abdullah, S.Pd.I (kanan), Pastor Paroki Santu Mikael Kumba, RD Antonius Ryanto Latu Batara yang akrab disapa Romo Andi, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai, Pontius Mudin, S.Fil dan Husen Hajar, salah seorang panitia berfoto bersama dalam acara Launching KMB di Kampung Wae Buka, Selasa, 16 Juli 2024. (Foto : PANITIA KMB)
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama dijelaskan, Moderasi Beragama merupakan modal dasar untuk keutuhan dan peningkatan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia sehingga perlu penguatan moderasi beragama. Penguatan moderasi beragama memerlukan arah kebijakan dan pengaturan yang terencana, sistematis dan berkelanjutan.
Moderasi Beragama merupakan cara pandang, sikap dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang dan menaati Pancasila dan UUD 1945 sebagai kesepakatan berbangsa.
Terdapat 4 indikator Moderasi Beragama, yakni komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan terhadap tradisi/budaya. Selain itu, ada 7 esensi keagamaan atau unsur-unsur pokok penguatan moderasi beragama, yaitu menjaga keselamatan jiwa, menjunjung tinggi keadaban mulia, menghormati harkat martabat kemanusiaan, memperkuat nilai moderasi beragama, mewujudkan perdamaian, menghargai kemajemukan dengan menjaga kebebasan akal, kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama serta menaati komitmen berbangsa.
Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), Sr. Maria Yohana, SSpS berfoto bersama para ibu muslimah yang mengisi acara Launching Kampung Moderasi Beragama (KMB) di Kampung Wae Buka, Kelurahan Satar Tacik, Ruteng, Selasa, 16 Juli 2024. Sr Yohana berpesan agar semua umat beragama selalu mengingat bahwa keberagaman adalah anugerah dan bersaudara itu kekayaan. (Foto : PANITIA KMB)
Potret Masyarakat Rukun, Damai dan Harmonis Dalam Kemajemukan
Saat membaca laporannya, Ketua Panitia Kelompok Kerja Kampung Moderasi Beragama Kabupaten Manggarai, Abdullah, S.Pd.I, mengatakan, tujuan pembentukan Kampung Moderasi Beragama adalah sebagai upaya membangun paradigma masyarakat tentang kesadaran moderasi beragama yang dilaksanakan dengan berbasis pada lingkungan wilayah atau kelurahan.
“Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, bahwa moderasi beragama adalah memahami dan mengamalkan agama dengan tidak ekstrim, baik ekstrim kanan – pemahaman agama yang sangat kaku, maupun ekstrim kiri – pemahaman agama yang sangat liberal,” ujarnya.
Dia menambahkan, ada sejumlah tantangan yang perlu dicermati oleh semua pemeluk agama dewasa ini, seperti berkembangnya cara pandang, sikap dan praktik beragama yang berlebihan (ekstrim) yang mengesampingkan martabat kemanusiaan, berkembangnya klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama serta kepentingan ekonomi dan politik yang berpotensi memicu konflik, termasuk berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI.
Saat meluncurkan (launching) Kampung Moderasi Beragama – Kampung Wae Buka, mengawali sambutannya, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai, Pontius Mudin, S.Fil mengatakan, KMB adalah istilah bagi desa atau kelurahan yang masyarakatnya memiliki cara pandang, sikap dan praktek beragama yang moderat dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional.
Bersama Ketua FKUB Kabupaten Manggarai, Sr. Yohana, SSpS para remaja lintas agama di Kota Ruteng mengenakan busana daerah ikut menyemarakkan acara Launching Kampung Moderasi Beragama di Kampung Wae Buka, Kelurahan Satar Tacik. Kampung ini berada dalam wilayah Paroki Santu Mikael Kumba. Sejak lama semangat toleransi, kerja sama dan persaudaraan antar umat beragama dan etnis mewarnai kehidupan bersama, salah satunya kerja sama Orang Muda Katolik (OMK), Putra-Putri Altar Paroki Kumba dan Remaja Masjid dalam menyukseskan perayaan besar keagamaan. (Foto : PANITIA KMB)
“KMB dirancang untuk memperkuat peran masyarakat dalam mempromosikan toleransi dan kesadaran moderasi beragama. Setelah launching ini, juga akan ada tindak lanjut melalui kegiatan-kegiatan lainnya yang melibatkan seluruh unsur dan komponen masyarakat,” ujarnya.
Pontius menambahkan, pihaknya sangat mendukung ditetapkannya Kampung Wae Buka sebagai Kampung Pengembangan Moderasi Beragama yang ke-2 di Kabupaten Manggarai karena kenyataan di mana Wae Buka salah satu wilayah yang masyarakatnya majemuk, terdiri dari beberapa agama, dihuni oleh orang-orang dari beberapa suku, seperti Jawa, Manggarai, Makasar, Bugis, Bima, Padang, Minangkabau dan lainnya dan perbedaan lainnya namun kehidupan warganya rukun, aman, damai, harmonis dan inklusif.
Pastor Paroki Santu Mikael Kumba, RD Antonius Ryanto Latu Batara dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai, Pontius Mudin, S.Fil berfoto di depan Mbaru Gendang Wae Buka, seusai acara Launching Kampung Moderasi Beragama (KMB), Selasa, 16 Juli 2024 siang. Di kalangan pengurus MUI Kabupaten Manggarai dan pengurus Masjid Agung Baiturrahman, Romo Andi dikenal juga sebagai sosok agamawan yang konsen membangun kerja sama dan dialog persaudaraan sejati antar pemimpin agama (Baca juga : https://www.parokikumba.org/jelang-idul-adha-dewan-paroki-kumba-serahkan-bantuan-hewan-kurban/) (Foto : PANITIA KMB)
Keberagaman Merupakan Anugerah Tuhan
Ketua FKUB Kabupaten Manggarai, Sr. Maria Yohana, SSpS dalam sambutannya menuturkan, kesadaran akan realitas bahwa keberagaman merupakan anugerah yang diberikan Tuhan secara cuma-cuma. Tuhan menyediakan tempat “Beo Wae Buka” dan menyentuh hati dari orang-orang yang berbeda untuk berdomisili di tempat ini.
“Meskipun hidup dalam perbedaan itu nyata dan sulit, namun seharusnya tidak menjadi jurang pemisah. Dalam keberagaman itu kita diikatsatukan oleh rasa persatuan dan kesatuan supaya menghargai kemajemukan. Sebaliknya, perbedaan disatukan untuk membentuk persatuan. Keberagaman itu anugerah. Bersaudara itu kekayaan,” ujar Sr. Yohana.
Para agamawan, pengurus Kelompok Kerja Kampung Moderasi Beragama Kabupaten Manggarai dan pantitia acara Launching Kampung Moderasi Beragama - Kampung Wae Buka berfoto bersama sesusai acara bersejarah ini yang dihelat di halaman Mbaru Gendang Wae Buka, Selasa, 16 Juli 2024 siang. Mereka menyarakan pesan Kasih dan Persaudaraan, di tengah keberagaman yang merupakan kekayaan hidup bersama. (Foto : PANITIA KMB)
Tanpa suasana harmoni, persaudaraan dan persatuan di tengah kehidupan bermasyarakat, lanjut Sr. Yohana, pastilah sulit untuk mencapai kesejahteraan, peningkatan ekonomi dan kestabilan politik. Ia mengajak semua orang untuk terus merajut persaudaraan yang lintas batas dengan sikap yang tulus dan bersahabat sehingga anugerah keberagaman akan menjadi sebuah kekuatan untuk membangun kesejahteraan hidup di lingkup perkampungan, kelurahan, daerah, bangsa dan akhirnya untuk seluruh dunia.
Pada acara bersejarah ini, juga dimeriahkan dengan penampilan para remaja yang membawakan tarian lintas agama dan persembahan lagu-lagu bernuansa religi oleh grup Kasidah KUA Langke Rembong. Selain itu, para agamawan juga mendaraskan doa lintas agama, yakni Katolik, Islam, Protesan, Hindu dan Budha. (Jimmy Carvallo | Pewarta KOMSOS Paroki Santu Mikael Kumba)
Comments are closed.