Penulis : Jimmy Carvallo | Pewarta KOMSOS Paroki Santu Mikael Kumba
PAROKIKUMBA.ORG – Kita semua ada disini karena kita merasa pernah dicintai atau sekurang-kurangnya mencintai Pater John. Tak terkecuali diri saya, terlepas saya seorang imam yang sekongregasi dengan beliau. Semalam saya tidur jam 2 malam. Saya tidak biasa tidur jam segitu. Saya mengumpulkan foto-foto beliau dan membuat video sederhana atas foto-foto itu. Tak terasa foto-foto itu membawa saya ke pengalaman masa lalu bersama beliau.
Kisah kenangan dari seorang sahabat tentang mendiang RP Yohanes Suri, SMM ini diceritakan oleh Magister Novisiat SMM Ruteng, RP Heredi Suhartono, saat memimpin Misa Pemberkatan Jenasah RP John, Selasa, 18 April 2023 sore di Kapela Novisiat SMM, Langgo- Ruteng. Misa ini dihadiri para imam, bruder, novis dan Suster-Suster Kongregasi DW (Puteri-Puteri Kebijaksanaan), keluarga besar mendiang dan umat.
Provinsial Serikat Maria Monfortan (SMM) Indonesia, RP Antonius Tensi, SMM ketika mendupai jenasah RP Yohanes Suri, dalam Misa Requiem di Novisiat SMM Ruteng, Rabu, 19 April 2023 pagi. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Saya mengenal beliau pertama kali di Bandung tahun 2001. Waktu itu, dia formator saya. Kesan pertama saya: dia orangnya kalem, sangat mempercayai orang, dan suka menari. Saya merasa terberkarti karena waktu itu saya mendapat tugas untuk membersihkan kamar beliau. Karena dengan itu saya punya kesempatan untuk mengenal beliau secara pribadi,” tutur RP Heredi, yang akrab disapa Pater Edy.
RP Edy mengatakan, seringkali, ketika masuk ke kamar RP John, dia sedang menonton video tahbisannya. “Kadang-kadang saya lupa untuk bersih kamarnya, karena saking asyik menonton dan mendengar penjelasan dia tentang orang-orang dan tarian dalam video tahbisan itu. Lambat laun saya mengamati rupanya dia suka menari. Bukan hanya itu: dia pemimpinnya. Setelah tinggal bersama di Bandung itu, kami tidak lagi hidup dalam satu komunitas. Sampai suatu waktu kami hidup satu komunitas lagi waktu saya menjalani tahun pastoral di Sintang Kalimantan Barat.”
Salah satu karangan bunga yang dikirim para sahabat mendiang RP John Suri yang ada di Kalimantan dan diletakkan di depan Kapela Novisiat SMM Ruteng. Banyak konfrater dan para sahabat, mengenangnya sebagai seorang pribadi yang ramah, lembut dan suka menghibur orang lain. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Menurut RP Edy, pada tahun itulah dirinya sangat merasakan dari dekat kasih sayangnya. “Saya kira, kalau bukan dia yang menjadi pastor parokinya, mungkin saya tidak berdiri di sini hari ini. Di situ pun hal yang sama saya lihat, dia suka sekali menari. Orang senang. Orang bersukacita. Apa sebenarnya arti menari itu bagi dia? Inilah refleksi saya semalam,” kata RP Edy.
Ia menuturkan, dari RP John, hal yang dia pelajari, bahwa tarian itu bukan sekadar liukan tubuh. Di banyak budaya, tarian punya nilai spiritual. Artinya, dengan tarian itu orang memuji Tuhan, dan bahkan bisa mendatangkan berkat. “Sepertinya, Tuhan mencintai kita ketika kita menari. Atau sepertinya, Tuhan datang segera untuk mendekat ketika kita menari. Sepertinya kesan ini tidak terlalu berlebihan,”tambah RP Edy.
Sebagian biarawati dari berbagai berbagai Terekat Religius yang berkarya di Keuskupan Ruteng menghadiri Misa Requiem RP Yohanes Suri, SMM di Kapela Novisiat SMM Ruteng, Rabu, 19 April 2023. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Kalau kita membaca tulisan St. Bonaventura Dieta Salutis, lanjut dia, kita menemukan kata-kata ini “surga adalah tempat yang luas untuk menari dan pekerjaan dari para penghuni surga adalah menari, lalu Yesus adalah pemimpin dari tarian ini. Dia ingin setiap orang selamat dan masuk dalam tarian masal ini. Perkataan dia ini mendapatkan pendasarannya pada tulisan St. Basil yang mengatakan “para malaikat menari di surga.”
“Surga adalah tempat yang luas untuk menari dan Yesus pemimpinnya. Maka, saya membayangkan Pater John bahagia sekali, karena dia sendiri suka menari. Mudah-mudahan Pater John tidak bersaing dengan Yesus untuk menjadi pemimpin tarian,” ucap RP Edy dengan nada menghibur, disambut senyum umat yang hadir.
Para novis, biarawan-biarawati dan umat lainnya, ketika mengikuti Misa Requiem RP Yohanes Suri, SMM yang dipimpin oleh Provinsial SMM Indonesia, RP Antonius Tensi, SMM. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
RP Edy melanjutkan, sebelum dia (RP John Suri, Red) menjadikan surga tempat tarian, dia sudah menjadikan bumi ini tempat tariannya. Dia menari bukan karena dia tahu Tuhan mencinta ketika kita menari, melainkan karena Pater John mencintai sesama ketika dia menari. “Dia menari bukan karena dia tahu Tuhan seolah mendekat ketika kita menari, melainkan juga karena dengan tarian dia datang segera mendekat kepada umat yang ingin dilayaninya,” tuturnya.
Ratusan umat bersama para imam, biarawan dan biarawati menghantar jenasah RP John Suri ke tempat peristirahatan terakhir di kompleks pemakaman Komunitas SMM, Langgo – Ruteng, usai Misa Requiem di Kapela Novisiat SMM. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Di akhir kotbahnya, RP Edy pun berpesan kepada semua umat yang hadir, mungkin kita tidak sepandai Pater John dalam menari, atau tidak suka menari. Namun, sekurang-kurangnya kita seperti Pater John, yakni tahu bagaimana mencintai umat yang kita layani, atau tahu bagaimana kita menyatukan diri dengan orang lain, mungkin bukan dengan tarian, tetapi dengan saling mencintai.
“Kalau kita bisa melakukan ini, maka jangankan di surga ini, di bumi ini pun kita bisa jadikan tempat untuk menari, yakni mengalami kegembiraan dan sukacita,” pesannya.
Be First to Comment