Penulis : Tim KOMSOS | Paroki Nanu
PAROKIKUMBA.ORG – Pada Jumat (24/3/2023), para guru dari semua sekolah yang ada di wilayah Paroki Nanu mengadakan kegiatan bersama bertemakan “Penguatan Spiritualitas Guru”. Kegiatan yang bertempat di Gereja Paroki Nanu ini diinisiasi oleh Komisi Pendidikan Keuskupan Ruteng dalam kerja sama dengan Seksi Pendidikan Paroki Nanu dan Tim Pastoral Anak Puspas-WVI.
Sebanyak 60-an orang guru hadir dalam kegiatan ini. Selain sebagai momen penguatan spiritualitas dan semangat pelayanan, kegiatan ini juga merupakan satu bentuk persiapan dalam menyambut perayaan Paskah.
Acara temu para guru ini dibuat dalam bingkai refleksi tentang spiritualitas guru yang dibawakan oleh RD Frans Nala, Ketua Komdik Keuskupan Ruteng, lalu rekoleksi mengenai etos kerja diberikan oleh RD Andy Jeramat, Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Ruteng, dan ditutup dengan perayaan ekaristi bersama yang dipimpin oleh Vikep Ruteng, RD Gerardus Janur.
Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Ruteng, RD Frans Nala, sedang melakukan penanaman pohon secara simbolis di halaman depan Gereja Paroki Nanu. (Foto : DOK PAROKI NANU)
Pembaruan Komitmen Menjaga Bumi
Yang menarik dari kegiatan para guru ini ialah adanya aksi penanaman pohon secara simbolis oleh Romo Vikep Ruteng, Pastor Paroki, Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Ruteng, dan yang mewakili para guru. Ini mengungkapkan komitmen bersama para guru untuk menyelamatkan ibu bumi dari kehancuran, dan secara khusus sebagai wujud partisipasi mereka dalam menjalankan tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan yang Sejahtera, Adil, dan Ekologis. Dengan demikian, pertemuan ini tidak hanya berupa refleksi spiritual, tetapi juga gerakan sosial konkret untuk memelihara keutuhan alam ciptaan.
Pastor Paroki, RD Flavianus Baga, dalam sambutannya membuka kegiatan ini mengatakan bahwa kegiatan penguatan spiritualitas ini amat penting bagi kita para guru. “Selama ini kita sibuk dengan rutinitas kita di sekolah. Ini merupakan kesempatan yang baik untuk melihat kembali perjalanan karya kita di sekolah masing-masing. Apakah kita sungguh menjalankan tugas kita dengan baik sebagai suatu bentuk panggilan? Atau menjalankannya sebatas tugas/pekerjaan seperti profesi lainnya?” Kita diajak untuk menjadikan pertemuan ini sebagai kesempatan pembaruan komitmen dan motivasi.
Guru : Bentuk Karya Kegembalaan
RD Frans Nala dalam materinya secara khusus mengajak para guru untuk melihat dan memaknai kembali tugas sebagai guru sebagai suatu bentuk karya kegembalaan. Peran guru di sekolah tidak hanya mengajar, tetapi juga memotivasi, menuntun, dan memberikan teladan yang baik bagi anak-anak dalam hal nilai-nilai moral dan iman kristiani. Hal itu tidak hanya berhenti di sekolah, tetapi juga dalam hidup di tengah masyarakat.
“Sekolah harus terlebih dahulu membentuk suatu ekosistem yang baik bagi anak-anak atau “ramah anak” agar mereka dapat belajar nilai dan karakter yang baik serta bertumbuh dalam penghayatan iman Kristen yang sejati. Kita tidak bisa mengharapkan anak-anak berperilaku baik, berbudi pekerti luhur , dan beriman kalau tidak ada suasana pembelajaran yang baik, nyaman, dan humanis. Di sinilah peran guru sebagai gembala dituntut”.
Dalam rekoleksi yang bertemakan etos kerja, RD Andy Jeramat mengajak para guru untuk memaknai kembali tugas yang dijalankan dalam bingkai amanat perutusan Yesus sendiri. Berinspirasi pada kisah penggandaan roti yang dibuat oleh Yesus, secara khusus perintah-Nya kepada para murid, “kamu harus memberi mereka makan”, ia menggarisbawahi tugas guru untuk “memberi makan” para murid di sekolah.
“Makan yang dimaksudkan di sini dimengerti secara luas, yakni segala sesuatu untuk hidup dan masa depan para murid. Namun orang tidak bisa memberi dari yang tidak dimilikinya. Dan yang kita miliki tidak lain dari yang kita terima dari Tuhan sendiri. Untuk itu pemberian yang dilakukan bersifat cuma-cuma. Kita juga berbicara mengenai etos kerja dan semangat pelayanan. Sebab apa yang kita lakukan merupakan wujud partisipasi kita dalam karya Allah sejak penciptaan”.
Para guru berfoto bersama dengan Vikep Ruteng, RD Gerardus Janur, Pastor Paroki RD Fian Baga, RD Frans Nala dan RD Andy Jeramat setelah perayaan Ekaristi penutupan kegiatan “Penguatan Spiritualitas Guru” di Paroki Nanu. (Foto : DOK PAROKI NANU)
Menjadi Gerakan Bersama
Dalam kotbah misa penutupan kegiatan para guru ini, Vikep Ruteng, RD Gerardus Janur, mengungkapkan bahwa tugas sebagai guru merupakan sebuah panggilan. “Tugas kita amat luhur dan bermartabat karena membentuk manusia. Kalau kita menjalankannya dengan baik, maka banyak orang yang akan menjadi baik. Namun kita perlu selalu bersandar pada kekuatan Yesus. Dialah yang menuntun dan mengarahkan kita. Untuk itu, guru harus beriman dan hidup kudus melalui pekerjaan yang diembannya.”
RD Gerardus menambahkan, Guru juga mesti memiliki perhatian terhadap kelestarian alam dan keutuhan ciptaan. Nilai ekologis ini menjadi salah satu perhatian kita di tahun Pastoral Ekonomi SAE (Sejahtera, Adil, Ekologis) 2023 ini. Karena itu, kita mengadakan aksi penanaman pohon, yang selanjutnya diharapkan dapat menjadi gerakan bersama di sekolah kita masing-masing.
Salah seorang peserta, Tarsy Tanggak, mengapresiasi kegiatan penguatan para guru ini. Ia menggarisbawahi secara khusus peran guru sebagai teladan bagi para siswa di sekolah. Ada keprihatinan ketika guru tidak menjadi contoh yang baik bagi anak-anak di sekolah.
“Keteladanan sangat dibutuhkan kalau kita mau anak-anak kita berkarakter baik. Hal itu memang tidak mudah. Butuh kesadaran diri dan pembaruan komitmen terus-menerus. Namun ini menjadi kesempatan yang baik untuk membaharui motivasi dalam membangun sekolah yang berkarakter,”kata Tarsi. (Editor : J. Carvallo)
Be First to Comment