Oleh : Diakon Filipus Thomas Bethsi Henos, CS | Putra Paroki Santo Mikael Kumba dari KBG Maria Fatima. Sejak Juli 2011 bergabung bersama Kongregasi Misionaris St. Karolus Boromeus – Scalabrinian. Menyelesaikan studi filsafat di ITFK Ledalero pada tahun 2016 dan program studi Teologi di Universitas Lateranense Roma pada tahun 2022. Sekarang sedang menyelesaikan studi Lisensiat di Universitas Urbaniana Roma. Akan ditahbiskan menjadi imam di Gereja Katedral Ruteng bulan Agustus 2025 mendatang.
Liturgi malam Paskah kali ini menyajikan bacaan suci dari injil Lukas 24:1-12. Dalam narasinya, Lukas mengisahkan tentang para wanita pengikut Yesus (Maria Magdalena, Yohana, Maria ibu Yakobus dan beberapa perempuan lain) berkunjung ke makam Sang Guru untuk mengoleskan wewangian ke tubuh Yesus dengan minyak wangi dan air beraroma, sebagaimana lazim dipraktekkan dalam budaya dan tradisi Yahudi. Setibanya di sana, mereka dikejutkan dengan sebuah kenyataan bahwa pintu makam telah tergeser dan makam yang telah kosong karena tubuh Yesus tidak lagi ditemukan di tempat semula Ia dibaringkan. Dalam kekalutan antara rasa tidak percaya, cemas dan takut dua orang pria dengan pakaian bercahaya menghampiri mereka dan berkata: ‘mengapa kalian mencari Dia yang hidup di antara mereka yang mati? Ia tidak ada di sini. Ia telah bangkit…’
Setelah mendengarkan penjelasan dari kedua pria tersebut para wanita itu langsung pergi mewartakan berita gembira tentang kebangkitan Tuhan kepada kesebelas murid. Namun sayang, pewartaan mereka tidak dengan mudah dipercaya oleh para rasul karena pada zaman itu suara dan kesaksian kaum perempuan tidak bisa dijadikan acuan sebuah kebenaran. Ini adalah alasan mengapa Petrus langsung berlari menuju makam Yesus untuk mencari kepastian tentang apa yang telah diwartakan para perempuan.
Para rasul dan para murid Kristus turut mengalami apa yang dinamakan pasang surut perjalanan iman. Iman mereka tumbuh dengan cepat ketika menyaksikan langsung mujizat-mujizat yang dikerjakan Yesus. Iman mereka berkembang ketika mendengar ajaran-ajaran baru nan indah dengan perumpamaan-perumpamaan menawan dan kata-kata yang mudah dipahami. Tetapi pada saat yang sama iman mereka goyah ketika Yesus ditangkap dan dijatuhkan hukuman mati. Bahkan ada di antara mereka yang secara sadar menyangkal Yesus agar tidak turut dihukum.Puncak kegoyahan iman mereka adalah Golgota, tempat Sang Guru disalibkan dan wafat di tiang keji penghinaan. Hilang sudah tokoh yang mereka anggap sebagai sumber pengharapan. Tidak ada lagi Guru yang mengajari mereka dengan teladan hidup dan kebijaksanaan. Kematian Sang Guru membawa rasa kecewa teramat dalam di hati mereka sampai mereka lupa akan janjiNya yang akan bangkit pada hari ketiga. Hingga akhirnya, janji Sang Guru inilah yang pada waktunya menyalakan lagi lilin-lilin padam iman dan harapan mereka. Kristus yang bangkit adalah dasar baru yang membuat mereka percaya dan berani keluar untuk mewartakan Kabar Gembira sampai ke ujung dunia dan bahkan tanpa rasa ragu mengorbankan darah demi Injil.
Iman akan Kristus memang tidak menjanjikan kehidupan yang selamanya akan baik-baik dan aman-aman saja. Tidak. Pengalaman para rasul membuktikan kenyataan ini. Beriman kepada Kristus berarti percaya bahwa akan selalu ada salib kehidupan yang harus dipikul. Beriman kepada Kristus berarti selalu siap untuk memanggul salib kehidupan pribadi setiap hari dan jika memungkinkan bisa saling membantu untuk memikul salib sesama yang lebih berat dari salib kita. Pengalaman salib Kristus hendaknya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus melangkah dalam jalan salib hidup kita karena hanya dengan demikian kita akan sampai pada momen kebangkitan.
Kristus yang bangkit adalah jaminan keselamatan kekal bagi semua orang yang menaruh kepercayaan padaNya. Dengan kebangkitanNya Ia telah membuktikan bahwa di hadapan Sang Penguasa kehidupan dosa dan maut akan selalu kalah. Tuhan sendirilah yang akan menjadi penentu terakhir dalam cerita kehidupan. Makam yang kosong memiliki arti bahwa kematian bukanlah kata terakhir yang menentukan segalanya. Sekilas kematian Yesus nampak seperti sebuah kegagalan yang besar. Tetapi sebaliknya, tepat dari apa yang seakan-akan tampak seperti kekalahan, sebuah harapan baru telah lahir.
Dengan kebangkitan Kristus kita semua bisa percaya bahwa kehidupan akan menang melawan kematian, kebaikan akan menang melawan kejahatan, kedamaian akan menang melawan peperangan dan pengampunan akan menang melawan rasa dendam. Kebangkitan Kristus secara jelas mengajarkan bahwa Tuhan mampu mengubah kematian menjadi kehidupan, mengubah tanda titik menjadi tanda koma karena ajaran iman kita mengakui bahwa cerita kehidupan tidak akan berhenti dengan kematian melainkan akan terus berlanjut.Perayaan Paskah memberi kita semua sebuah kesempatan untuk merenungi kembali kisah penebusan yang dimulai dengan kisah sengsara, salib, wafat dan kebangkitan Kristus. Yesus yang tidak berdosa rela menanggung segala dosa umat manusia dengan menerima salib dan wafat di kayu salib. Bagi orang lain salib mungkin bukanlah sesuatu yang berharga dan tanpa makna.
Bagi kita orang kristen salib adalah segalanya karena di salib itulah penebusan dosa itu terjadi. Namun perlu diingat bahwa semuanya tidak berakhir di salib. Momen penebusan Allah disempurnakan dengan kebangkitan Yesus dari alam maut. Kebangkitan Yesus adalah puncak dari segala hal yang telah Ia sampaikan dalam pengajaranNya. Kebangkitan Yesus memberi konfirmasi atas semua mujizat dan keajaiban yang pernah Ia lakukan.
Semoga perayaan Paskah kali ini, yang juga bertepatan dengan perayaan Tahun Suci Yubileum, menjadikan kita sebagai murid-murid yang tidak mudah hilang harapan dalam menapaki jalan hidup kita masing-masing. Hendaknya tema Tahun Yubileum 2025 ‘Peziarah Pengharapan’ mengarahkan kita untuk selalu mengingat bahwa kehidupan kita pada dasarnya adalah sebuah ziarah yang membawa kita kepada sebuah perjumpaan dengan Tuhan yang adalah Sumber dari segala pengharapan.
Selamat Pesta Paskah. Semoga cahaya Kristus yang bangkit menghalau segala kegelapan yang memenuhi lorong dan lereng hati kita. Semoga dalam semangat Kristus yang bangkit kita mampu menjadi cahaya kecil yang menerangi keluarga kita masing-masing dan lingkungan tempat di mana kita melayani.
Comments are closed.