Press "Enter" to skip to content

INSPIRASI AKHIR PEKAN: Hosana Hari Ini, Salibkan Dia Esok?

Oleh : Sr. Christofora Uaga, DSY | Barawati di Kongregasi Suster-Suster Dina Santu Yoseph Manado (DSY) di Komunitas DSY Perantau, Tenda, Ruteng. Lahir di Wamena, Papua Pegunungan pada 11 Februari 1993. Mengikrarkan Kaul Kekal pada 4 Oktober 2020 di Lotta, Manado, Sulawesi Utara.

HARI MINGGU PALMA Mengenangkan Sengsara Tuhan | MINGGU, 13 APRIL 2025 | INJIL LUKAS 23 : 1 – 49

Hari ini kita memasuki Minggu Palma, awal dari Pekan Suci, saat di mana kita mengenangkan peristiwa agung: sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam Injil hari ini, kita melihat Yesus dielu-elukan sebagai Raja oleh orang banyak. Mereka berseru dengan penuh sukacita: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” Namun, kita juga sadar bahwa suara-suara yang sama itu, hanya beberapa hari kemudian, berubah menjadi: “Salibkan Dia!”.

Orang banyak dalam Injil, sangat mewakili keadaan dunia masa kini dimana banyak dari kita mudah terbawa emosi sesaat baik dalam politik, media sosial, atau soal keagamaan. Orang banyak dalam Injil, menggambarkan iman yang dangkal sebab mereka melihat Yesus berdasarkan harapan pribadi, bukan pengenalan sejati terhadap Yesus.

Kerap kali banyak dari kita yang hari ini bisa memuji seseorang atau sesuatu, tapi besok langsung membatalkannya karena kecewa atau ikut-ikutan. Budaya cancel, polaritas ekstrem, dan tren viral menunjukkan karakter kita yang mudah berubah dan tidak konsisten.

Orang banyak dalam Injil, mereka bersorak karena semua orang bersorak,namun mereka juga akan menghujat karena semua orang menghujat. Mereka tidak bertanya: “Apakah ini benar?” atau “Apakah ini salah?”.Di era dunia kekinian, orang mudah terbawa arus opini tanpa memverifikasi.Kita sering membagikan informasi, ikut komentar, atau mendukung gerakan tertentu hanya karena sedang ramai, bukan karena kita paham atau percaya sepenuhnya apa yang sedang terjadi atau apa yang kita lakukan, kita gampang terprovokasi atau dibentuk opini publik, kita cenderung ikut mayoritas tanpa berefleksi.

Orang banyak dalam Injil, ketika Yesus tidak memenuhi harapan mereka sebagai “raja duniawi”, mereka kecewa dan meninggalkan-Nya. Mereka hanya mencari kenyamanan bukan mencari kebenaran. Situasi dunia sekarang, banyak dari kita, juga hanya mau ikut Tuhan jika semuanya terasa nyaman dan sesuai harapan, saat penderitaan datang, saat doa belum dijawab, iman menjadi tawar dan kita mulai mencari “jalan pintas” atau “jalan lain”.

Orang banyak dalam Injil, mereka menyambut Yesus dengan gegap gempita, tapi sebenarnya mereka tidak paham siapa Dia dan apa misi-Nya. Banyak dari kita mudah kagum dengan figur publik/ pemimpin, influencer, tokoh agama tapi tidak benar-benar mendalami pesan yang mereka bawa. Saat figur itu tidak sesuai ekspektasi, kita kecewa dan membalikkan sikap atau balik mencemoohnya.

Karakter orang banyak dalam Injil bukan cerita masa lalu, itu adalah cermin dari dunia modern dan bahkan hati kita sendiri. Kita dipanggil agar tidak menjadi pengikut Yesus yang hanya bersorak di saat senang, tapi juga tetap setia di bawah salib, ketika iman diuji oleh tekanan hidup. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”(Lukas 9:23).

Mengikuti Yesus bukan sekadar soal percaya, tetapi berani hidup seperti Dia dalam kasih, kerendahan hati, dan pengorbanan. Itu tidak mudah, tapi memberi makna dan tujuan sejati bagi hidup kita.Yesus dengan sukarela telah menerima dan memikul salib berat yang disebabkan oleh dosa kita, apakah iman kita dibangun atas relasi yang nyata dengan Yesus, atau sekadar kebiasaan dan tuntutan lingkungan agar terlihat taat beragama?

Redaksi Media Informasi dan Komunikasi PAROKIKUMBA.ORG menerima naskah/artikel berupa sharing pengalaman iman, renungan singkat untuk Rubrik INSPIRASI AKHIR PEKAN yang terbit setiap Hari Sabtu. Panjang naskah maksimal 500 kata dan diketik rapih. Naskah dikirim dengan format Microsoft Word melalui nomor WahatssApp (WA) 081 338215478. Terima kasih.

PAROKI KUMBA RUMAH KITA BERSAMA

Comments are closed.