PAROKIKUMBA.ORG – Natas Labar Motang Rua di pusat Kota Ruteng, Nusa Tenggara Timur menjadi saksi bisu pementasan tablo jalan salib Yesus paling menyentuh hati dan sedih yang dibawakan oleh umat Paroki Santu Fransiskus Asisi, Karot, Jumat 18 April 2025 pagi. Acara yang digelar untuk ke-3 kalinya (tahun ketiga) oleh persaudaraan 7 paroki dalam kota Ruteng ini, telah menjadi tradisi tahunan bertajuk “Jumat Agung Hening” di Ruteng dan sekitarnya.
Kegiatan ini dibuka dengan Ibadat Lamentasi yang dipimpin Uskup Keuskupan Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat dan dihadiri Sekretaris Jenderal, RD Rikardus Jehaut, semua pastor paroki dan vikaris parokial dari 7 paroki sekota Ruteng. Ada juga Bupati Manggarai, Herybertus G. L. Nabit dan istri, Wakil Bupati Manggarai, Fabianus Abu dan istri, Sekda Manggarai Fansi Jahang, Kapolres Manggarai, AKBP Hendri Syaputra, S.I.K, dan jajaran Forkopimda.
Uskup Keuskupan Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat saat memimpin Ibadat Lamentasi pada Hari Jumat Agung, 18 April 2025 pagi di Natas Labar Motang Rua, Ruteng yang mengawali Tablo Jalan Salib dimainkan oleh umat Paroki Santu Fransiskus Asisi, Karot dan dihadiri oleh lebih dari 10 ribu umat Katolik dari 7 paroki Kota Ruteng. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Sekitar 10 ribu orang, mengenakan busana adat (kain songke) dan baju berwarna merah memadati Natas Labar Motang Rua, datang dari 7 paroki dalam Kota Ruteng dan paroki lainnya membaur bersama ratusan biarawan-biarawati yang juga mengikuti acara ini. Meskipun diguyur hujan lebat sejak pagi, ibadat Lamentasi dan tablo jalan salib berjalan lancar, umat pun enggan beranjak dari Natas Labar. Di bawah penjagaan ketat aparat keamanan dari Polisi dan TNI, Dinas Perhubungan dan Pol PP, kegiatan ini sukses dan menjadi cacatan bersejarah dalam pelaksanaan tradisi Jumat Agung di Ruteng.
Tablo jalan salib yang dipentaskan seusai ibadat lamentasi, dimainkan oleh sekitar 78 orang tak lain umat Paroki Santu Fransiskus Asisi Karot, termasuk dari dua stasi, yakni Stasi Kenda dan Stasi Watu Alo. Menariknya lagi, para pemain dalam tablo ini diambil dari lintas generasi, baik orang tua maupun kaum muda. Hal ini sejalan dengan spirit Tahun Pastoral Ekaristi Transformatif, dalam lagu yang kini populer dinyanyikan umat di semua paroki, Tuhan Kau satukan kami…
Adegan Perhentian Pertama, Yesus Dijatuhi Hukuman Mati dalam tablo jalan salib yang dipentaskan oleh umat Paroki Santu Fransiskus Asisi, Karot dan disaksikan oleh ribuan umat di Natas Labar Motang Rua, Ruteng, Jumat, 18 April 2025 pagi. Kisah ini dilakoni oleh para pemain dengan penuh penghayatan dan membuat ribuan orang menangis saat menontonnya. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Tidak main-main persiapan yang dilakukan untuk bisa menghelat tablo sebagus ini, mereka membutuhkan waktu latihan penuh disiplin selama 2,5 bulan didampingi oleh 2 pegiat teater di Kota Ruteng, Fian Budiarto dan Egidius Ramut. Keduanya dikenal sebagai seniman drama di Teater Saja di Ruteng. Selama dua bulan lebih, mereka mengadakan latihan di aula dan di kompleks Gereja Santu Fransiskus Asisi, Karot.
Ada lebih dari 120an orang yang terlibat penuh dalam kru besar pendukung tablo ini yang semuanya melibatkan umat di KBG-KBG yang ada di paroki ini, termasuk 78 pemain tablo. Sejak Perhentian Pertama hingga Perhentian ke-14, ribuan mata tak berpaling sedikitpun dari adegan demi adegan derita dan sengsara Yesus, yang diperankan dengan sempurna oleh Isfridus Sado, umat dari KBG Santu Agustinus.
Suasana visual saat Perhentian "Yesus Disalibkan" yang dipentaskan dalam tablo Jumat Agung di Natas Labar Motang Rua, Ruteng, Jumat, 18 April 2025 pagi dihadiri lebih dari 10 ribu umat Katolik. Tradisi ini menjadi kegiatan tahunan yang berpusat di Natas Labar dan mempertemukan semua umat dari 7 paroki yang ada di Langke Rembong, Kota Ruteng. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
Ribuan umat yang hadir juga bisa menyaksikan tablo melalui 2 videotron yang dipasang di sisi utara dan selatan Natas Labar. Pementasan ini menjadi pementasan tablo terakbar dengan dukungan teknologi modern dan jumlah umat terbanyak. Pada tiga perhentian kisah sengsara Yesus yang dimainkan dengan penuh penjiwaan dan penghayatan, yakni saat Yesus Berjumpa dengan ibuNya, Maria, Yesus Menasihati Wanita-Wanita yang Menangis dan Penyaliban Yesus, ribuan orang yang menyaksikannya terlihat menangis terharu.
Kebanyakan kaum wanita yang hadir di Natas Labar menyeka air mata mereka dengan tisue, sapu tangan bahkan kain Songke yang dipakai. Tablo yang dimainkan oleh umat Paroki Santu Fransiskus Asisi Karot sukses membuat ribuan orang menangis dan merasakan langsung “dari dekat” penderitaan Yesus hingga wafat di kayu salib.
Salah seorang ibu yang ikut menyaksikan tablo jalan salib sedang menyeka air matanya dengan tisue ketika pementasan kisah sengsara Yesus Kristus yang dibawakan oleh umat Paroki Santu Fransiskus Asisi, Karot di Natas Labar Motang Rua pada Jumat Agung, 18 April 2025. Tablo ini menarik perhatian ribuan umat dan mereka larut dalam kesedihan.(Foto : PAROKIKUMBA.ORG)
“Orang bisa memahami konsep sengsara dan wafat Yesus dengan merenungkan visualisasi jalan salib di Natas Labar sampai selesai sebagai satu kesatuan dan membawa pulang perenungan itu ke proki masing-masing, sesuai dengan kenyataan yang ada di paroki masing-masing. Konsep seperti inilah yang baiknya dipertahanakan sebagai satu tradisi ke depan. Umat merenungkan jalan salib secara bersama sebagai satu kesatuan di Langke Rembong dalam bingkai permenungan dinamika paroki masing-masing,” kata RP Bonevantura Lelo, OFM, disapa Pater Bovan, Pastor Paroki Santu Fransiskus Asisi, Karot saat berbincang dengan media ini seusai pementasan tablo. (Jimmy Carvallo)
Comments are closed.