Press "Enter" to skip to content

MEDIA PAROKI, PAROKI MEDIA: Refleksi Setahun Website Paroki Kumba

Penulis : RD Valerian Karitas | Imam Diosesan Keuskupan Ruteng dan Pegiat Literasi

Perkembangan pesat dari teknologi informasi dan komunikasi adalah salah satu isu besar manusia di zaman ini. Semua manusia menggunakan media informasi dan telekomunikasi dan terus, “berlari” bersama kemajuannya yang makin pesat. Pada saat yang sama, bagian demi bagian elemen kehidupan manusia dimasukkan, lalu menciptakan berbagai jenis hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Saat ini, hampir seluruh kehidupan manusia adalah “santapan media”.

Di google, misalnya, anda dapat mencari informasi apapun. Pada saat yang sama, kita mulai menyaksikan bahwa apapun justru mendapat “legitimasi” melalui media. Tanpa media, engkau bisa “dianggap” tidak berbuat apa-apa. Dengan demikian, pengaruh media menjadi semakin kuat, dan hampir tidak dapat dihindari.

Gereja dalam ziarahnya bersama dunia modern berjalan bersama perkembangan pesat media. Sambil terus dengan setia mengkritisi kemajuan zaman, Gereja juga mulai membuka diri terhadap perkembangan media, termasuk mulai untuk bergabung di dalamnya. Maka, kita mulai menyaksikan begitu banyak postingan “iman” berseliweran di beranda-beranda Facebook, Instagram, story Whatsapp, berbagai macam akun media sosial para rohaniwan setia memberi peneguhan iman kepada umatnya di dunia maya, dan berbagai macam ajaran iman (meskipun seharusnya perlu semacam “filter” untuk postingan seperti ini, terutama berkaitan dengan kebenaran iman dalam konten-konten yang dibuat) bisa dengan mudah kita akses. Website-website lembaga Gereja, termasuk paroki, juga mulai berkembang. Paroki St. Mikael Kumba menjadi salah satu paroki yang kemudian mengembangkan website sebagai media informasi Paroki.

Safari Rosario antar wilayah dalam Paroki Santu Mikael Kumba, menjadi salah satu event yang mendapat peliputan khusus dari kru website Paroki Kumba. Kegiatan ini menjadi tradisi tahunan di Paroki Kumba dan dibuka dengan Misa bersama dan dilanjutkan dengan prosesi arca Bunda Maria dari Fatima dari Gereja Kumba menuju Gereja Stasi Carep. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Refleksi sederhana ini didasarkan pada pertanyaan: apakah kehadiran website, bersama media digital lainnya, menjadi “media paroki”, yang selanjutnya membentuk gaya pastoral “paroki media”?

Media Paroki dan Paroki Media

Frasa “media paroki” dapat berarti “media milik paroki”, atau “media yang ditangani paroki”. Dalam hal ini, media merupakan bagian dari perjalanan pastoral paroki, sekaligus menjadi sarana pewartaan seluruh kegiatan paroki. Frasa “Paroki Media” dapat memiliki pemahaman yang lebih luas, baik secara positif maupun negatif. “Paroki Media” secara positif dapat berarti “paroki yang aktif di media (digital)”, dan “paroki yang melek media (berkembang bersama perkembangan media)”.

Sementara itu, penambahan kata “hanya” pada arti “paroki media” dapat berarti negatif. “Paroki media” secara negatif dapat berarti “paroki yang hanya aktif di media (digital)”. Kedua frasa ini tampaknya sederhana dan hanya berisi pembalikan posisi dua kata. Meskipun demikian, perbedaan arti dari kedua frasa ini sebetulnya memberikan pemahaman luas tentang bagaimana seharusnya media, seperti website, dikembangkan dalam kehidupan pastoral paroki.

Media Paroki, Kebersamaan, dan Paroki Media

Media paroki, selain menggambarkan frasa kepemilikan paroki atas media (seperti website), juga mengandung makna “kebersamaan”. Dalam hal ini, website paroki sebagai media adalah milik paroki dan milik bersama seluruh umat paroki. Penekanan atas kepemilikan dan kebersamaan ini menjadikan “media paroki” sebagai “paroki media”. Untuk menjadi “paroki media”, paroki sebagai persekutuan umat mesti menempuh jalan panjang, mengagas kekuatan kepemilikan dan kebersamaan dalam membentuk “media paroki”.

Selama menangani website paroki, salah satu masalah yang sering terjadi adalah bahkan umat paroki sendiri jarang mengakses website paroki. Website masih “jarang” di telinga umat, yang ironisnya memiliki akses ke website (hampir semua keluarga memiliki smartphone). Website, dalam hal ini, telah menjadi media paroki. Dalam konteks kita, harus diakui bahwa ketertarikan masyarakat kita terhadap konten “bacaan” tidak begitu baik. Secara umum, kita sering menemukan kenyataan, orang sering melewatkan pengumuman tertulis di depan Gereja, atau penyampaian lewat chat Whatsapp, website paroki, dan bentuk pesan tertulis lainnya.

Untuk meningkatkan kualitas literasi para pelajar sekolah dan kaum muda, Seksi KOMSOS Paroki Kumba dan Komisi KOMSOS Keuskupan Ruteng berkolaborasi melakukan kegiatan pelatihan Menulis di Media Gereja. Kehadiran website Paroki Kumba yang telah dimulai  sejak tahun 2022 lalu, menjadi medium untuk semua umat, terutama kaum muda mengembangkan bakat menulis/jurnalistik. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Penyampaian lisan masih menjadi cara penyampaian yang tidak tergantikan. Menariknya, sebagian besar waktu orang modern dihabiskan di media digital. Kehadiran website seringkali tidak mencakup seluruh umat paroki. Paroki, terutama di kota, masih mesti bertumpu pada cara-cara “lama” untuk menyampaikan informasi paroki kepada umat, meskipun penyampaian melalui website seharusnya lebih efektif dan bertahan (bisa diakses kapan saja).

Website paroki sebenarnya menyediakan kemungkinan yang lebih luas dalam sistem penyampaian dan penerimaan informasi. Informasi jadwal-jadwal sakramen, perayaan, adorasi dapat dengan mudah diakses tanpa perlu ke paroki untuk bertanya terus ke paroki. Dari ponsel, orang bisa dengan mudah mengakses jadwal sakramen, urusan dan syarat-syarat administrasi, info terbaru kegiatan paroki, dan sebagainya. Website paroki juga adalah sarana katekese digital yang baik. Berbagai bentuk bahan bacaan untuk pendalaman iman umat dapat dimasukkan ke website.

Bagaimana menjadi “Paroki Media”?

Untuk “mengumatkan” website paroki, sekurang-kurangnya ada dua kriteria yang perlu dipenuhi, yakni kreativitas konten website paroki dan sosialisasi kepada umat agar umat terlibat dalam penggunaan website paroki. Kedua kriteria ini berjalan bersama dalam proses pengembangan media paroki.

Kreativitas sangat diperlukan dalam pengembangan website paroki. Agar lebih mudah menarik perhatian, konten-konten yang dibuat mesti menarik untuk dibaca atau dilihat. Informasi penting sekalipun, bisa jadi terlewatkan dan tidak dibaca atau diketahui jika cara penyampaiannya tidak kreatif. Tampilan website juga mesti dibuat menarik dan enak untuk dilihat.

Kreativitas dalam pengembangan website juga dikembangkan dalam proses analisis yang baik terhadap kebutuhan umat untuk informasi. Sedapat mungkin, informasi-informasi yang dibutuhkan umat bisa diakses melalui website. Dalam hal ini, peran operator dan sekretariat paroki untuk menyiapkan informasi yang up to date sangat dibutuhkan.

Tampilan Website Paroki Santu Mikael Kumba. Melalui website ini umat Paroki bisa mengakses semua kabar terbaru dan informasi lainnya dari Paroki untuk memudahkan mereka dalam mengikuti perkembangan yang ada di Paroki Kumba. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Selain kreativitas, peran keterlibatan umat dalam mengakses website adalah hal utama dalam pengembangan website paroki. Proses sosialisasi bisa membantu umat agar terlibat aktif dalam mengakses website. Ada beberapa catatan berkaitan dengan keterlibatan umat ini.

Pertama, website atau media paroki lainnya, adalah “dampak”, yang mengikuti semangat umat dalam hidup berparoki. Kita tidak dapat membayangkan bahwa umat aktif dalam mengakses website paroki, tanpa membayangkan bahwa paroki benar-benar “menyentuh” mereka dalam program-program pastoral yang dijalankan. Akses terhadap website adalah bukti “rasa memiliki” umat terhadap paroki. Karena itu, seharusnya perjumpaan-perjumpaan nyata dalam  karya-karya pastoral paroki tidak tergantikan, bahkan oleh media yang paling bagus sekalipun.

Kedua, proses kreatif untuk mengajak umat terlibat dalam mengakses media paroki dapat dimulai dari kaum muda. Kaum muda, dengan kreativitas dan semangat ingin tahu yang luas, adalah orang-orang yang paling dekat dengan akses terhadap media. Sosialisasi akses terhadap website bisa dimulai dengan melibatkan kaum muda.

Dengan mengembangkan media paroki yang kreatif dan melibatkan seluruh umat, paroki berjalan menuju “paroki media”. Berkat kemajuan zaman dapat kita gunakan dengan baik untuk pengembangan kehidupan iman yang lebih baik. Pewartaan-pewartaan kita juga sampai ke dunia maya, dan lebih banyak orang dapat disentuh oleh kebaikan Tuhan.

Comments are closed.