Kumba, Ruteng, Manggarai

Oleh : Sr. Theodosia, KSSY | Biarawati di Kongregasi Suster Santu Yosef Medan (KSSY), Guru di SLB Karya Murni Ruteng.

(Renungan Minggu, 9 November 2025, Pesta Pemberkatan Gereja Basilica Leteran. Yeh 47: 1-2.8-9.12, Korintus 3:9b-11.16-17, Injil Yoh 2: 13-22)

Pernah suatu pagi, aku bangun dengan hati penuh “pedagang”: kecemasan tagihan,  iri lihat IG teman. Rumah doaku jadi pasar gaduh. Lalu aku ingat Yesus—cambuk-Nya bukan untuk hukum, tapi cinta. Aku ambil jurnal, tulis: “Hari ini saya buat apa? Besok kubangun apa?” Satu per satu saya mulai lakukan : hapus notif kerja jam 10 malam, ganti doa syukur. Tiba-tiba hati tawar seperti Laut Mati yang disentuh air Yehezkiel—damai, hidup kembali.

Di sekolah SLB tempatku mengajar anak tuna rungu, ada siswa autis yang tantrum tiap pagi. Dulu aku “jual” kesabaran murah: marah, paksa diam. Tapi cambuk Yesus berbisik: bait ini kudus. Aku rombak metode—ganti teriakan dengan BISINDO pelukan, ritual kosong dengan PECS doa gambar. Hasil? Anak itu tersenyum, bilang “Tuhan” pertama kali. Kebangkitan kecil di kelas 1!

Malam , sebelum tidur, aku cambuk lagi: matikan HP, nyalakan lilin doa. Tubuhku bait—bukan pasar. Besok bangun, aku mau jadi Bait Baru yang berjalan: senyum ke satpam, bantu anak-anak membereskan tempat tidurnya , ajar anak  huruf braille. Karena jika Kristus bangkit dalam rutinitas kecilku, bait ini takkan roboh—melainkan bersinar bagi sesama yang rentan.

Dalam Yehezkiel 47:1-2,8-9,12, air kehidupan yang mengalir dari Bait Suci melambangkan rahmat dan anugerah Allah yang melimpah sebagai sumber kehidupan sejati, menyegarkan, menyembuhkan, dan menghidupkan segala yang mati—bahkan mengubah Laut Mati menjadi tawar dan berlimpah ikan—sehingga mengajarkan transformasi total atas yang tandus menjadi subur; karena itu, kita diajak terus mencari Tuhan melalui doa, membaca dan merungkan kitab suci, agar Roh Kudus mengalir melalui kita sebagai saluran berkat bagi orang lain, menaati kehendak-Nya untuk mengatasi keputusasaan serta memulihkan harapan pembaruan spiritual yang tak pernah habis.

Dalam 1 Korintus 3:9c-11,16-17, kita adalah kawan sekerja Allah dan ladang-Nya, dipanggil membangun gereja di atas satu-satunya dasar Yesus Kristus—bukan atas ambisi pribadi—karena umat yang  percaya adalah bait Allah yang kudus di mana Roh Kudus berdiam; karena itu, hindari iri hati serta perselisihan yang merusak, jagalah kekudusan diri, dan gunakan karunia untuk saling membangun serta memuliakan Tuhan agar tidak binasa oleh penghakiman-Nya.

Yesus membersihkan Bait Suci dengan cambuk cinta, bukan amarah, karena “rumah Bapa-Ku” dirusak pedagang—simbol bahwa tubuh kita pun bait Allah yang harus kudus, bebas ambisi, kecemasan, ego. Ia ganti batu Yerusalem dengan diri-Nya: Bait Baru, ibadah hati, kebangkitan-Nya jadi stempel otentik Anak Allah. Maka, pertobatan harian: buang sampah rohani, biar Kristus bangkit dalam kita! Maka kita—individu dan gereja—adalah bait Allah yang berjalan (1 Kor 3:16).

Cambuk Yesus masih berbicara: buang pedagang dalam hati—ambisi, kecemasan, keserakahan, ritual kosong. Ganti dengan ibadah hati, kasih tulus, pelayanan murni. Pertobatan bukan sekali, tapi setiap hari : sapu dosa, rapikan prioritas, biar Roh Kudus bertahta. Karena jika Kristus bangkit dalam kita, bait ini takkan roboh—melainkan bersinar bagi sesama dan  dunia.

*****

Halo, Pemudi-pemudi Katolik di mana saja berada, Bergabunglah dengan Kongregasi Suster Santu Yosef Medan (KSSY) : Menjadi Imago Dei yang Hidup (Kej 1:26)!

Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, bukan sekadar ciptaan, melainkan cermin Ilahi yang bernafas, berpikir, dan berkarya. Diberi kekuatan serupa dengan-Nya, kita dipanggil untuk mengembangkan ciptaan sesuai kemungkinan-kemungkinan agung yang tertanam dalam diri kita: mencintai, mencipta, memulihkan, dan memuliakan.

Di KSSY, ini bukan teori, ini cara hidup. Setiap hari, kita menjawab panggilan itu bersama: menghidupkan nilai Imago Dei dalam pelayanan, doa, dan karya kasih. Jika jiwamu rindu menjadi cermin Allah yang bercahaya, Ayo, datanglah. Bersama kita wujudkan citra-Nya yang sempurna di dunia ini.

Spritualitas: Imago Dei (Kesecitraan) Visi: Terwujudnya penghargaan yang dalam terhadap setiap manusia secara terus menerus dalam keadaan apapun sebagai citra Allah. Misi: (1) Mendidik/membina kaum muda lewat Pendidikan dan pembelajaran di sekolah, (2) Melayani proses Pendidikan iman dan moral melalui pelayanan pastoral, (3) Melayani orang sakit (poliklinik), lansia, korban penyalahgunaan narkoba, dan orang miskin, dan (4) Memberdayakan penyandang cacat tunanetra, tunarungu, yatim piatu

Silahkan menghibungi Nomor kontak : Sr Leoni Silaen KSSY (HP. 0821-6062-6118)